SURABAYA, Beritalima.com | Penghujung Ramadhan, umat muslim yang memuliakan bulan penuh berkah, umumnya menyiapkan momentum silaturahmi bersama kerabat dan shalat Idul Fitri bersama tetangga dekatnya. Namun, kisah 2020 mengenai terjadinya protes dari pihak tertentu tatkala Masjid Akbar Surabaya hendak menggelar Shalat Idul Fitri, kini terjadi lagi pada 2021. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari Dr. Lia Istifhama, aktivis perempuan asli Wonocolo, Surabaya.
“Secara logika sangat aneh dan unik bagi pikiran orang tertentu yang memprotes shalat Idul Fitri. Pada tahun 2020, oke lah, saat itu pandemi lagi menjadi perhatian utama publik. Namun tak lama setelah bulan Syawal selesai, publik juga tercengang dengan proses Pilkada 2020 yang mana melibatkan pengerahan massa dan sebagainya. Harus jujur lah, kampanye Pilkada kemarin gebyar seperti tahun-tahun sebelum pandemi, kan?”, terang ning Lia.
Putri KH Masykur Hasyim tersebut menambahkan, bahwa pada 2021, suasana berangsur normal seperti sebelum Pandemi.
“Sekarang ini macet sudah biasa di jalanan Surabaya. Mall-mall pun ramai dan aktivitas perdagangan terlihat bergairah. Hal ini harus kita syukuri. Bahwa inilah, bukti masyarakat Surabaya telah bangkit dari pandemi. Resiliensi sudah nyata. Nah, jangan lagi kondisi yang baik ini tidak dijaga dengan baik.”
“Maksud saya dalam hal Ibadah contohnya, apa salah orang mau menunaikan Shalat Idul Fitri di masjid? Itu hak mereka, mereka cinta ibadah, cinta silaturahmi, jangan halangi. Jangan protes masjid yang melangsungkan karena masjid itu tempat ibadah. Sama halnya dengan mall, tempat belanja. Jangan aneh-aneh lah orang yang niat pansos dengan mencari berita menodai nilai-nilai Islam”.
Lebih lanjut, ning Lia menegaskan bahwa spiritualitas penting di masa pandemi, termasuk dengan memuliakan masjid sebagai bentuk memohon pertolongan pada Allah SWT agar Covid 19 sepenuhnya hilang.
“Kalau sekarang ada oknum yang memprotes Shalat Idul Fitri, nah kemarin saat Pilkada 2020, kemana saja? Apa kabar pengerahan massa saat itu? Jangan karena punya kepentingan, jadi aneh-aneh pola pikirnya. Justru, bagaimana saat ini peningkatan spiritualitas di masa pandemi”.
“Spiritualitas disini adalah kita memuliakan tempat ibadah. Umat muslim memuliakan masjid. Umat kristen memuliakan gereja, dan semua agama pada tempat ibadahnya. Disini kita menjalankan fungsi tempat ibadah sebagai tempat berserah diri pada sang Khalik, tawakkal dan memohon Covid 19 segera punah sepenuhnya di muka bumi.”
Secara lugas, ibu muda yang kerap berbibcara tentang urgensi sekolah tatap muka bagi siswa SD dan SMP tersebut, menyayangkan sikap pihak-pihak yang memprotes pelaksanaan Shalat Idul Fitri. Salah satunya adalah yang menimpa Masjid Akbar Surabaya yang diprotes lantaran berniat menggelar Shalat Idul Fitri pada 1 Syawal 1442 H dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
“Masjid Akbar Surabaya selama ini telah menunjukkan komitmen penerapan prokesnya. Terus masalahnya dimana? Apalagi, saya yakin jika dihelat Shalat Idul Fitri disana, Khutbah dan Doa yang dihaturkan adalah berkaitan permohonan pertolongan dan kesehatan. Hal ini mulia, seperti halnya Presiden Jokowi yang melangsungkan Shalat Istisqa’ saat terjadi musibah kabut asap Riau 2019 lalu”, pungkasnya. (red)