Pamekasan |Beritalima.com – Milad pertama Majelis Tangga Seribu, Senin malam (17/11/2025), tidak hanya menjadi ajang syiar sholawat, tetapi juga momentum penting bagi kebangkitan gerakan pemuda di Pamekasan.
Meski diguyur gerimis, ribuan anak muda tetap memadati arena, menandai besarnya antusiasme terhadap ruang-ruang pembinaan spiritual yang lebih terarah.
Berbalut tema Harmonisasi Islam dan Tradisi Bersholawat, acara tersebut menghadirkan perpaduan antara spiritualitas dan budaya. Para kiai, lora muda, hingga budayawan nasional D. Zawawi Imron ikut memberi warna, menjadikan majelis ini bukan sekadar tempat bersholawat, tetapi juga ruang edukasi moral dan budaya.
Penampilan Lora Nizar Ali yang disambut gegap gempita jamaah mempertegas posisi majelis ini sebagai magnet baru bagi anak muda. Lantunan sholawat yang menggema di tengah cuaca lembab menjadikan suasana hangat dan penuh kekhidmatan.
Ketua Majelis Tangga Seribu, Andi Ali Syahbana, menegaskan bahwa majelis yang kini diikuti ribuan jamaah itu berawal dari gerakan kecil pemuda—hanya 10 hingga 15 orang yang rutin berkumpul setiap malam.
“Majelis ini tumbuh dari kegelisahan para pemuda yang ingin memperbaiki diri. Kami hanya ingin menjadi tempat untuk hijrah, mencari jati diri, dan belajar berjalan lebih dekat kepada Rasulullah SAW,” ujarnya.
Lebih jauh, Andi memaparkan bahwa filosofi Tangga Seribu merupakan simbol perjalanan panjang dan proses yang harus dijalani setiap anak muda dalam menghadapi persimpangan hidup.
“Setiap anak tangga menggambarkan kesabaran dan ketekunan. Kita naik perlahan, belajar tenang, hingga mencapai tujuan spiritual yang lebih matang,” jelasnya.
Transformasi majelis yang berkembang pesat dalam setahun terakhir menjadi bukti bahwa kebutuhan ruang spiritual bagi pemuda semakin besar. Milad pertama ini bukan sekadar perayaan, tetapi menjadi tanda bahwa gerakan pemuda hijrah di Pamekasan sedang tumbuh kuat dan terorganisir.(AN-KR)








