MOJOKERTO,Beritalima.com – Untuk mempersiapkan generasi emas 2045 bukan hal mudah. Pasalnya, saat ini Stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak dibawah usia dua tahun di Indonesia.
Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
“Hal ini disebabkan balita stunting mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya,” ungkap Kepala BKKBN sekaligus Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) seperti dilansir dari bkkbn.go.id,
Data Bank Dunia atau World Bank mengatakan angkatan kerja yang pada masa bayinya mengalami stunting mencapai 54%. Artinya, sebanyak 54% angkatan kerja saat ini adalah penyintas stunting. Hal inilah yang membuat stunting menjadi perhatian serius pemerintah baik dari pusat maupun dari Daerah.
Dan untuk menekan angka stunting di Indonesia, BKKBN Pusat yang berkolaborasi dengan BKKBN Propinsi dan BKKBN Kabupaten Mojokerto akan menggelar promosi kesehatan reproduksi dan percepatan penurunan stunting berbasis pondok pesantren bersama mitra kerja di Ponpes Segoro Agung Trowulan, Mojokerto, Senin (26/12/2022) mendatang. Kegiatan ini akan menghadirkan Budayawan MH. Ainun Najib dan Kyai Kanjeng.
Menurut hasil Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, Kabupaten Mojokerto mencapai 27,4 persen atau 25.806 jiwa berdasarkan.
Sedangkan jumlah balita menurut Bupati Mojokerto Ikfina Fatmawati, berjumlah 94.182 jiwa per Januari 2022.
Angka Stunting Kabupaten Mojokerto berada di atas angka rata-rata Nasional 22 persen.
Menurut Bupati Ikfina, hasil survei SSGI itu perlu dikaji ulang. Yakni dengan monitoring langsung semua balita yang ada di kabupaten Mojokerto melalui puskesmas dan posyandu.
“Kita akan pengadaan alat ukur panjang badan. Kita akan bagikan kepada semua posyandu-posyandu di semua desa dan saya minta tolong ukur semua tanpa terkecuali,” jelas Bupati Ikfina.
Buli Gasibu menjadi program kedelapan untuk menekan angka stunting di Kabupaten Mojokerto. Yaitu budi daya lele atasi gizi buruk untuk memberi asuhan gizi kepada para balita yang terdeteksi gizi buruk. Program kesembilan adalah Paud Holistik Integratif untuk para batita. Melalui program ini, para guru PAUD diharapkan juga mampu memeriksa kesehatan dan tumbuh kembang anak.
“Kalau program Bude Jamila, buang air dengan jamban bersih dan layak, target kami semua keluarga punya jamban yang layak. Untuk memudahkan monitoring program-program tersebut, kami menunggu aplikasi yang sedang dibuat Diskominfo Kabupaten Mojokerto,” tutup Ikfina. (Kar)