BANYUWANGI, beritalima.com – Terdapat 71 perlintasan kereta api (KA) tak berpalang pintu dan tak dijaga oleh petugas dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) di Banyuwangi. Salah satunya adalah di Lingkungan Sukorojo, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah Banyuwangi. Meski demikian, masih ada warga yang peduli dengan keselamatan pengendara kendaraan, yang melintas di perlintasan tersebut.
Adalah Siswandi, (40) salah satu warga yang berporfesi sebagai tukang cukur yang juga menyambi menjadi penjaga perlintasan kereta api secara sukarela di kawasan tersebut. Siswandi selama 9 tahun menjaga perlintasan tersebut, tanpa bayaran.
“Saya membuka usaha cukur rambut sejak 2006. Rumah saya hanya 10 meter dari perlintasan kereta. Saya resah karena khawatir jika ada kecelakaan. Saya ndak tenang kalau ada kereta lewat. Takut ada kecelakaan,” ujarnya kepada sejumlah wartawan, saat ditemui di rumah sekaligus Barbershop Fajar miliknya, Senin (19/2/2018).
Apa yang ditakutkan Suwandi, nyatanya benar terjadi. Tahun 2008, sebuah angkutan umum tertabrak kereta api yang melintas. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Sejak kejadian itu, Siswandi mulai mengumpulkan uang dari keuntungan mencukur rambut untuk membeli speaker sirine dan lampu rotary.
“Ini saya pakai untuk penanda pengendara kendaraan agar berhati-hati. Saat kereta melintas sirine dan lampu rotary saya hidupkan,” tambahnya.
“Harga lampunya saja Rp 400 ribu, speaker Rp 150 ribu, belum pipa, kabel, ngelas papannya. Dulu sirinenya cuma satu. Total sekitar Rp 1,5 juta. Alhamdulillah mulai tahun 2015 sudah dua speaker sirinenya plus lampu rotary,” jelas pria kelahiran 1976 ini.
Dalam sehari ada 18 kereta api yang melintas di perlintasan itu. Siswandi mengaku mendapat jadwal perjalanan kereta itu dari salah seorang pelanggannya yang bekerja di Stasiun kereta api. Jadwal perlintasan kereta api, ditempel di samping ruang kerja mencukurnya. Begitu pula dengan saklar speaker sirine dan lampu rotary, juga dia tempel di samping kanan bagian atas ruang cukurnya.
“Ada jadwalnya. Saya minta ke pelanggan potong rambut yang bekerja di stasiun. Nanti kalau ada perubahan jadwal saya minta lagi,” ujarnya.
Dalam menjalankan tugasnya, Siswandi memencet saklar speaker sirine dan lampu rotary, 2 menit sebelum kereta api melintas. Bunyi sirine dari speaker membuat satu per satu pengendara yang melintas terlihat berhenti meski tanpa plang pembatas. Jika ada pemadaman aliran listrik, Siswandi langsung berlari mencegat pengendara yang akan melintas.
“Kadang banyak yang melanggar. Geram juga. Tapi kembali lagi saya sudah mengingatkan jangan sampai terjadi kecelakaan. Sebagian sudah paham jika ada kereta yang akan melintas,” tambahnya.
Selama menjaga perlintasan, Siswandi tidak pernah mengharapkan dapat imbalan dari PT KAI. Menurutnya hidup hanya sekali, setidaknya bisa berguna bagi orang lain. “Ya hidup hanya satu kali, jadikan hidup yang berarti agar bermanfaat untuk orang lain,” kata dia.
Selama menjaga perlintasan kereta api, Siswandi sering dibantu istri dan anaknya. Ruang cukur dengan nama Fajar Barber Shop milik Siswandi ini buka mulai pukul 07.00 – 22.00 WIB. (Bi)