Situbondo Punya Cerita “Nelayan pencari Ikan Dengan Ban”

  • Whatsapp

SITUBONDO, Beritalima.com – Jika nelayan pada umumnya menggunakan alat tangkap dan perahu yang serba menggunakan mesin, namun sekelompok nelayan di pantai Brigeen Desa Peleyan kecamatan panarukan Situbondo Jatim justru memanfaatkan ban dalam bekas Truk yang dirangkai menggunakan tali mirip jaring laba – laba serta kayu ukuran 20 cm yang diberi pegangan sebagai dayung untuk mencari ikan tak jarang hingga 2 mil dari bibir pantai.

Adi Santoso ( 20) dusun karangrejo Rt 1 RW 02 desa Alasmalang, Kecamatan Panarukan saat ditemui awak media kerika beraktifitas sekitar 1,5 mil dari pantai mengatakan, dirinya bersama teman – temannya seprofesi memancing dengan menggunakan ban bekas dilakukan karena tidak memiliki cukup uang untuk membeli perahu.

“Awalnya saya mancing pakai teknik pecut di pinggiran, karena ingin punya pendapatan lebih saya nabung buat beli Ban bekas untuk memancing ikan lebih jauh lagi kelaut, kalau buat beli perahu Uang dari mana mas,” Kata Adi Rabu (16/8).

Dalam kesehariannya pendapatan Adi bersama rekan seprofesinya berkisar Rp 20 ribuan hingga Rp 100 ribu jika beruntung, Adi bahkan berseloroh lebih irit karena tidak memakai BBM,”Gak butuh pengeluaran lagi mas karena tidak harus beli BBM, mau kerja apa lagi mas karena kami ini rata – rata putus sekolah dulu, cuma bu menteri Susi saja yang beruntung, tamatan SMP bisa jadi menteri,”Selorohnya.

Adi juga menyadari memancing menggunakan Ban bekas mempunyai resiko yang sangat tinggi dalam keselamatan, terutama saat musim angin dan gelombang tinggi, bahkan dua tahun kemarin ada rekannya yang hampir tenggelam karena Ban bekas yang dinaiki rekannya tertusuk moncong ikan sejenis Marlin, beruntung rekannya yang lain segera datang membantu dan segera dibawa menepi.

“Pernah saya mendapat ikan besar, dan saya ditarik hingga jauh, kami ikuti saja sampai ikan lelah baru kami bisa naikkan di atas Ban, kalau di pikir mas, kami bekerja ini ibarat mengendarai keranda mayat dan laut adalah kuburan karena setiap saat kami bisa celaka, tapi bagaimana lagi, inilah satu – satu pekerjaan yang bisa saya jalani untuk menafkahi keluarga,”Ujarnya polos.

Keseharian kelompok nelayan ini yang umumnya turun kelaut pada pagi buta hingga tengah hari, dengan menggunakan alat pancing sederhana serta alat keselamatan yang sangat minim mereka berjuang dengan luar biasa untuk menafkahi keluarganya tanpa mengeluh merupakan cerita tersendiri dalam Indinesiaku yang merayakan kemerdekaannya ke-72.
(joe)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *