TULUNGAGUNG, beritalima.com- SMKN 1 Rejotangan, kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengadakan workshop dengan tema, “In House Training (IHT) Project Based Learning”, Rabu 15 September 2021.
Workshop ini sebagai upaya pihak sekolah
menciptakan skill (ketrampilan) yang handal bagi siswa sesuai jurusan agar siap kerja di perusahaan yang diinginkan maupun bagi yang ingin usaha mandiri.
Selain itu, IHT ini bertujuan menyatukan pembelajaran antara kurikulum sekolah dengan dunia kerja atau enterpreneur agar ketika siswa ingin memasuki dunia kerja di perusahaan yang dipilih maupun wirausaha, agar siap dan matang.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur wilayah Tulungagung dan Trenggalek, Solikin, S.Pd, M.Pd, mengatakan, workshop IHT ini guna menambah pengetahuan siswa, apabila sudah lulus dari SMKN 1 Rejotangan, mereka dapat menerapkan ilmunya di perusahaan.
“Sesuai ilmu dan jurusan yang diambil, siswa bisa langsung praktek disini, mengambil salah satu produk dari perusahaan dan dikerjakan di sekolah. Jika sudah terbiasa, siswa bisa hafal dan mendirikan perusahaan sendiri. Kalaupun nanti kerja di perusahaan, bisa menerapkan ilmunya,” terang Solikin.
Tujuan sekolah pusat unggulan seperti SMKN 1 Rejotangan, lanjutnya, dapat menciptakan inovasi terbaru agar bisa ditularkan ke sekolah lain.
“Harapannya, SMKN 1 Rejotangan dapat mencetak siswa berprestasi sesuai jurusan yang dipilih dan juga menambah wawasan siswa dalam belajar. Bapak ibu guru harus paham betul. Karena kurikulum yang diterapkan di sekolah harus sinkron dengan dunia sekolah maupun industri,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMKN 1 Rejotangan, Drs Masrur Hanafi, MM, menjelaskan, sekolah yang dipimpinnya merupakan salah satu SMK PK yang ada di Tulungagung. Yaitu menciptakan satu sekolah, satu produk, dua siswa. Sedangkan targetnya, membuat perusahaan di sekolah.
“Tujuan workshop ini, untuk menghasilkan sekolah menjadi industri, membawa produk ke dalam sekolah, dan membawa industri ke sekolah,” tutur Hanafi.
Metodenya, paparnya, dimulai dari dasar guru produktif. Terutama guru kejuruan, menjadi mentor ke anak didik melakukan pelatihan interpreneur atau wirausaha.memproduksi sendiri dan dijual sendiri.
“Intinya, sekarang Ditjen Diksi merubah program. Dulu bekerja,melanjutkan, wirausaha.Sekarang wirausaha, bekerja dan melanjutkan. Ini sebuah tantangan SMK bagaimana sekolah menjadi pabrik dan siswa menjadi wirausaha,” tandasnya,
Namun, paparnya, fokus SMKN 1 Rejotangan hanya di pekerjaan, membentuk pokja yang bernama pusat pengembangan karir siswa.
“Sekolah kami yang pertama di Tulungagung membentuk pokja ini. Tujuannya, memetakan, mendiaknosa kebutuhan orang tua dengan pasar nyata. Jangan sampai setelah lulus anak bekerja serabutan..Kendala yang terjadi biasanya setelah anak lulus dan diterima di sebuah perusahaan tertentu di kota, dua bulan pulang dan kerja seadanya,” pungkasnya.
Hadir dalam workshop yang digelar di aula sekolah ini, diantaranya beberapa guru pembimbing sesuai jurusan, serta narasumber. (Dst/editor Sudibyo, SH. MH).