SURABAYA, beritalima.com- Anjuran Dewan Masjid Indonesia (DMI) menjadikan masjid sebagai sarana ibadah dan sosial bersama Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), ternyata sudah direspon oleh Ketua SMSI Provinsi Jawa Timur.
Setidaknya, sebagai Ketua Takmir Masjid Siti Suci Nur Rohmah (SSNR), di kompleks Perumahan Magersari Permai, Sidoarjo Kota, telah menggandeng Remaja Masjid (Remas) dan Karang Taruna berinisiatif meringankan kesulitan belajar, terutama tingkat Sekolah Dasar (SD).
Menurut Ketua SMSI Jatim, H.S. Makin Rahmat, SH, MH, sebetulnya program memasang Wifi unlimited hingga kecepatan 20 mbps, masuk agenda tahun 2019. Semua inh berawal dari keinginan Pengurus Takmir yang tergabung dalam Lembaga Takmir Masjid (LTM) PCNU Sidoarjo, menjadikan masjid sebagai pusat aktifitas kemaslahatan umat. Bukan hanya ibadah maghdlo (shalat, puasa, zakat) tapi juga ghoiro maghdlo terkait dengan kemasyarakatan, termasuk melek teknologi.
Berawal dari ini, akhirnya tercetus program yang berpatokan pada doa. Yaitu memohon kepada Allah keselamatan dalam menjalankan agama dinnul Islam, diberikan tubuh yang sehat, dan digampangkan untuk selalu berjihad menuntut ilmu, sebagai pusat kegiatan memperoleh rejeki yang barokah, sehingga bisa tobat sebelum maut menjemput, diberikan rahmat saat kematian, dan diampuni sesudah kematian. Semua konsep yang harus diterapkan dalam kehidupan rutin dan aplikasi di masyarakat.
Apalagi, ruang terbuka di areal Masjid SSNR ukuran 50 X 50 meter juga lapang dengan sarana parkir, teras masjid cukup luas untuk belajar dan ruang kantor yang menjadi pusat kegiatan Remas. Sebelumnya, saat awal Pandemi Virus Corona merebak awal Maret 2020, mendapat WIfi layanan gratis selama tiga bulan, tapi sering ngadat dan sinyal kurang kuat.
Tepat, 3 Juni 2020, Takmir Masjid SSNR memasang Wifi. Bagai gayung bersambut, akhir Mei beberapa jamaah, khususnya remaja memanfaatkan fasilitas Wifi untuk memudahkan komunikasi via internet.
Maka, terjadi selektif alami, yaitu mengutamakan Remas, khususnya anak-anak yang merasa jenuh belajar di rumah, untuk digiring bisa mengerjakan di ruang terbuka areal teras masjid atau ruang kantor.
Ketua Remas SSNR Fachri M Kresna Adinegara dan Wakilnya Ir. Fifandi Dwi Utomo, juga berhasil menggalang jamaah remaja. Setidaknya, ada 40-an kalangan pelajar dan mahasiswa aktif di kegiatan Remas, termasuk bekerjasama dengan mahasiswa UPN Surabaya yang sedang KKN untuk memberikan pembelajaran daring (mengenal internet) bagi murid SD.
“Sebetulnya, jumlah mahasiswa yang ikut KKN sekitar 30 orang. Tapi yang Divisi Pendidikan, kami arahkan untuk membantu adik-adik yang kesulitan belajar daring. Terlebih, mereka (murid) tidak punya Handpone sehingga harus kita sediakan HP sementara agar dimengerti. Selama ini, adik-adik hanya senang main game, begitu ada tugas terkesan menghindar. Alhamdulillah, setelah diberikan tata cara dan penggunaan android, atau HP yang bisa mengakses internet untuk tujuan yang positif, setidaknya bisa diikuti dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Terutama murid SD kelas 4-6,” kata Fachri dan Ifan.
Lanjut Ifan, sampai sekarang masih ada murid SD kelas 4-6 yang memanfaatkan ruang kantor masjid untuk belajar daring dipandu pengurus Remas. Saat ada KKN tanggal 14-26 Juli, hari pertama bisa menampung 40 anak dari SD dan SMP. Hari berikutnya, hanya puluhan, tapi tetap dilayani via zoom.
“Sebetulnya banyak manfaatnya. Buktinya, beberapa anak yang awalnya jarang jamaah, sejak masjid ada Wifi, rekan Remas mulai aktif dan ikut membantu protocol kesehatan, mulai menyemprot disfektan, periksa suhu dengan termogun, menyiapkan cuci tangan dan ikut kegiatan keagamaan lain, seperti Idul Adha barusan,” paparnya.
Disinggung tentang keterlibatan mahasiswa, Makin Rahmat berharap, pihak Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) tidak hanya sekedar mengandalkan POP (Program Organisasi Penggerak) Pendidikan dengan menggelontorkan dana triliunan. Tapi, bagaimana bisa melibatkan peran tokoh masyarakat yang bersentuhan langsung dengan kesulitan dan kendala di lapangan.
“Saya tetap yakin, kalau peran perguruan tinggi lebih didayagunakan dalam masa pandemi ini, kesulitan dan kendala mendasar dalam pembelajaran daring, setidaknya bisa diurai. Banyak persoalan social yang menggunung dibiarkan begitu saja,” tandasnya.
Contoh, mahasiswa KKN, dalam kondisi emergenci, sepatutnya dalam diri mahasiswa melekat jiwa pengabdian pada masyarakat, terjun ke lapangan dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan. “Yang terkesan, masalah Covid-19 menjadi komoditi yang membuat masyarakat tambah capai, susah, kesulitan dan terbelit masalah perekonomian. Jadi, pemerintahan Jokowi harus berani mengambil tindakan guna mengatasi kesulitan di lapangan. Bukan hanya mengandalkan kepinteran seorang Mendikbud Nadiem Makarim,” ulas Makin, juga Wakil Ketua Komisi Disiplin Asprov PSSI Jatim ini.
Pertimbangan riil, jika Darma Bakti Perguruan Tinggi dilibatkan, pasti menjadi mesin penggerak yang efektif. Baik untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, dan memberikan informasi serta edukasi yang bisa dipahami oleh masyarakat kelas bawah. Rencana SMSI Jatim sendiri, segera merapatkan barisan untuk bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi, diantaranya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Universitas Narotama Surabaya, Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
“Bagi masyarakat menengah ke atas yang rata-rata anaknya sudah dipegangi HP, tentu sedikit teratasi. Tapi, dampak social penggunaan negatif melalui program dan fasilitas HP yang kian meluas untuk mengakses segala informasi bisa menjadi blunder. Sementara bagi keluarga sederhana dan kurang mampu, HP hanya ada satu untuk seluruh keluarga menjadi problem. Di mana saat anaknya harus belajar daring, ayah atau ibunya kerja tanpa membawa sarana komunikasi yang biasanya digunakan. Dana untuk membantu kesejahteraan memang bagus, tapi mengfungsikan masjid, tempat ibadah, fasilitas umum seperti kelurahan/ desa, dan balai RW dengan melibatkan mahasiswa bersama-sama mengatasi masalah belajar daring, harus dicoba,” pungkasnya. (Red).