SURABAYA, beritalima.com | Rekom Pilwali Surabaya memang sudah tidak bisa berubah, yaitu head to head Machfud-Mujiaman dan Eri-Armudji. Namun bukan berarti langkah kandidat yang sempat running pilwali, akan terhenti total. Begitu yang disampaikan oleh Baihaki Sirajit, salah satu peneliti yang sempat dua kali melakukan penelitian terkait Pilkada Surabaya, memberikan penjelasan.
“Sebenarnya, hasil survey kemarin melihat posisi Wisnu Sakti Buana dan Ning Lia Istifhama sebagai kandidat yang kuat. Namun keduanya ternyata tidak mendapat rekom. Mengejutkan, memang. Tapi setidaknya, saya melihat potensi keduanya tetap memiliki peran signifikan dalam pilkada ini. Sebagai contoh, Ning Lia. Jangan hanya dilihat basis relawannya, tapi kreatif dan kepedulian sosial yang selama ini melekat dalam pribadi Ning Lia”.
Sedangkan Dr. Lia Istifhama yang juga ketua Perempuan Tani HKTI Jatim, memberikan sikapnya.
“Saya awali proses ini dengan niat membangun silaturahmi. Dengan begitu, harapan saya sama. Yaitu, melihat siapa sih, sosok yang mau turun bersilaturahmi kepada warganya. Saya ini termasuk warga Surabaya dan saya hepi tinggal di pemukiman padat selama ini”, ujarnya (19/9).
“Saya ingin Surabaya kelak dipimpin orang yang asli merakyat. Dan saya yakin, siapa yang berpotensi lebih merakyat, pasti lebih potensi menang”.
Arek asli Wonocolo tersebut secara blak-blakan menjelaskan sikapnya.
“Saya sejak awal tidak mau membebani siapapun dalam proses ini.
Begitupun ketika rekom saat ini tidak saya dapatkan, saya legowo. Yang penting, saya tidak membebani siapapun. Dan saya berniat, bahwa relawan yang selama ini tulus membantu, jangan sampai terbebani keputusan politik saya”, tegasnya.
Ia juga berkomitmen akan turun ke masyarakat terkait sosialisasi pilkada, jika itu harus dilakukan.
“Saya siap kok, jika harus turun ke masyarakat. Melakukan sosialisasi terkait Paslon tertentu. Itu bukan masalah, asal paslonnya sangat layak. Justru, saya bisa tetap menyapa masyarakat secara positif”, pungkasnya. (red)