JAKARTA, Beritalima.com– Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia meminta agar partai politik (parpol) tak memanfaatkan polemik kegiatan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Dr H Habib Rizieq Shihab (HRS) yang sedang menjadi perhatian publik saat ini, dengan memancing situasi di air keruh demi kepentingan suara partai mereka.
Sebab, dengan langkah itu yang terjadi bukan memberikan solusi, malah membuat situasi perpolitikan nasional semakin memanas ditengah upaya Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatasi wabah pandemi virus Corona (Covid-19).
Parpol seharusnya mendorong upaya ishlah nasional, bukan sebaliknya memberikan ‘siraman bensin’ yang akan makin memanaskan situasi. Partai Gelora berpandangan agar partai politik jangan memancing di air keruh, memanfaatkan situasi untuk kepentingan suara partainya, karena sudah ada parpol yang membujuk HRS masuk partai.
“Itu bukan solusi yang ditawarkan tapi malah siraman bensin yang akan makin memanaskan situasi,” ungkap Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora Indonesia, Mahfuz Sidik dalam keterangan pers yang diterima Beritalima.com, akhir pekan ini.
Menurut Mahfuz, pembelahan masyarakat dan konflik politik sejak Pilpres 2014, Pilgub DKI 2017 dan Pilpres 2019 seperti belum berakhir. Dan, ada kesan sengaja dipelihara pihak tertentu. Terbukti, situasinya semakin memanas setelah kepulangan HRS ke tanah air dan digelarnya berbagai kegiatan oleh Imam Besar FPI itu.
“Partai Gelora berpendapat situasi ini harus segera diakhiri karena akan merugikan kepentingan nasional. Semua pihak harus berpikir jernih dan berhati dingin. Indonesia sedang hadapi krisis kesehatan dan resesi ekonomi yang belum tahu akan berakhir kapan,” kata dia.
Partai Gelora Indonesia berpandangan, perlunya ishlah nasional. Ishlah itu harus sesegera mungkin dilakukan guna mengakhiri segala perbedaan dan pertengkaran selama ini, sehingga tak ada lagi pembelahan terjadi di masyarakat. “Ishlah adalah solusi terbaik. Apapun pangkal soalnya, ishlah adalah tuntunan agama untuk menyelesaikan perbedaan dan pertengkaran. Seringkali saat para pihak sudah duduk dan makan bareng, banyak salah paham dan salah info bisa diselesaikan dengan baik,” kata Mahfuz.
Politisi senior itu yakin, HRS mengingatkan yang terjadi di masyarakat selama ini diakhiri dan bersama-sama membangun bangsa, yakni dengan membentuk partai politik bercirikan amar ma’ruf nahi munkar untuk menyuarakan aspirasi mereka.
“Jadi, jika situasi pembelahan dan konflik ini sudah berakhir, saya kira HRS memahami betul posisi dan kekuatan dia. Jangan-jangan para pendukung HRS punya aspirasi kuat untuk membentuk partai sendiri dengan ciri khas amar ma’ruf nahi munkarnya,” ujar Mahfuz.
Partai Gelora, lanjut Ketua Komisi I DPR RI 2009-2014 ini, adalah partai baru menawarkan gagasan tentang memajukan Indonesia sebagai salah satu kekuatan dunia. Gagasan ini tentu perlu menjadi gagasan kolektif sebanyak mungkin elemen masyarakat Indonesia, khususnya ummat Islam sebagai penduduk mayoritas.
“Nah salah satu fundamen dasar berjalan dan terwujudnya gagasan tersebut adalah kuatnya ikatan persatuan nasional; baik sisi keumatan maupun kebangsaan. Pembelahan dan konflik antar dua sisi tersebut justru akan menutup peluang kemajuan dan bahkan jadi ancaman eksistensi NKRI.”
Sebagai parpol, Partai Gelora bukan saja memerlukan dukungan terhadap gagasan itu, tetapi juga dukungan suara pada pemilu. Namun, dukungan suara terhadap Partai Gelora lebih didasari pada penerimaan terrhadap gagasan memajukan Indonesia sebagai kekuatan dunia. “Jadi bukan atas dasar afiliasi politik identitas ataupun politik primordial,” demikian Mahfuz Sidik. (akhir)