Soal Pro Kontra Viral Mengaji Di Trotoar, Ini Kata Aktivis Perempuan

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Seperti diketahui, baru-baru ini viral aksi sejumlah orang mengaji Al Quran di trotoar Malioboro, Yogyakarta. Dalam video terlihat beberpa perempuan duduk di kursi-kursi yang ada di pinggir Jalan Malioboro sembari membaca Al-Quran. Hal ini pun kemudian memancing perhatian publik sehingga muncul pro kontra. Dan diantara pendapat yang pro adalah aktivis perempuan, ning Lia Istifhama.

“Membaca Al-Qur’an atau mengaji, adalah bentuk ‘ubudiyah dan mengandung banyak kebaikan, jadi tidak ada yang patut dipersoalkan jika kemudian umat muslim mengaji di trotoar. Sedangkan tempat yang harus dihindari untuk membaca Al-Qur’an, telah diterangkan oleh Imam al-Qurthubi, bahwa: “Jangan membaca Al-Qur’an di tempat-tempat permainan dan hiburan, dan pada (tempat) perkumpulan orang-orang pandir (bodoh).”

Doktoral Ekonomi Syariah UINSA tersebut juga mengutip sebuah hadis. “Dalam kitab Raunaqul Majaalis, diterangkan bahwa ‘Surga itu rindu kepada empat orang: Orang yang membaca Al-Quran, orang yang menjaga lidahnya, orang yang memberi makan kepada mereka yang kelaparan, dan orang orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan.’

Maka seyogyanyalah bagi kita umat muslim, semakin menghormati bulan Ramadhan dan memelihara diri dari kemungkaran-kemungkaran dan sibuk dengan ketaatan-ketaatan, yang berupa sholat, tasbih, dzikir, dan membaca Al-Qur’an. Hal ini sesuai firman Allah ta’ala kepada Nabi Musa a.s:

“Sesungguhnya aku memberikan kepada umat Muhammad dua cahaya. Supaya mereka tidak terkena bahaya dari dua kegelapan. Musa bertanya apakah kedua cahaya itu ya Rabbi? Allah Ta’ala menjawab cahaya Ramadhan dan cahaya Al Quran. Musa bertanya lagi, dan apakah kedua kegelapan itu Ya Rabbi? Allah Ta’ala menjawab, kegelapan kubur dan kegelapan hari.”

Sedangkan mengenai perbedaan pendapat lainnya, yaitu mengenai membaca Al-Qur’an di pekuburan yang dianggap beberapa kalangan sebagai bid’ah, ning Lia yang juga wakil Sekretaris MUI Jatim, mengutip nasehat dari Sang Hadratus Syaikh, KH M Hasyim Asy’ari.

“Dikutip dari buku KH Abdul Wahab Chasbullah: Hidup dan Perjuangannya, karya Cak Anam (Choirul Anam), bahwa Sang Hadratus Syaikh berpesan:

“Janganlah kalian jadikan perdebatan itu menjadi sebab perpecahan, pertengkaran dan permusuh-musuhan…. Ataukah kita teruskan perpecahan, saling menghina dan menjatuhkan; saling mendengki kembali kepada kesesatan lama? Padahal agama kita satu: Islam. Madzab kita satu: (Imam) Syafi’i. Daerah kita juga satu: Indonesia (waktu itu sebutannya, Jawa). Dan kita semua ini juga serumpun Ahlussunnah wal Jama’ah. Demi Allah hal semacam itu merupakan musibah dan kerugian yang amat besar.”

Diterangkan olehnya, bahwa pesan sang Hadratus Syaikh tersebut disampaikan pada medio (pertengahan 1936 sebagai bentuk menyikapi perselisihan para ulama’ terkait khilafiyah dan furu’iyah (perbedaan pendapat).

Ning Lia juga mengutip nasehat Imam Ibnu Atha’illah Al Iskandari dalam Kitab Al Hikam bahwa: “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling memarahi, janganlah saling menghindar. Jadilah kalian semua, wahai hamba Allah, sebagai saudara”.

Ning Lia pun menekankan bahwa nasehat-nasehat tersebut sebagai pengingat bahwa persoalan membaca Al-Qur’an tidak perlu dipermasalahkan, terlebih tidak dilakukan tempat yang identik dengan perbuatan haram atau maksiat.

“Dalam Islam terdapat salah satu kaidah fiqih, bahwa maslahah umum harus didahulukan daripada maslahah khusus.”

“Membaca Al-Qur’an adalah masalahah umum atau ibadah yang memang harus diutamakan karena menyangkut upaya keselamatan keyakinan agama. Sedangkan tempat membacanya, adalah maslahah khusus. Maksudnya adalah, bahwa seseorang beribadah, adalah tergantung situasi yang sedang dihadapinya. Kita tidak bisa serta merta menghukumi haram sedangkan perbuatan tersebut diniatkan sebagai ibadah,” pungkasnya. (rd)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait