Soroti Prestasi Timnas Kelompok Umur, Dosen Unair Beberkan Tanggapannya

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com-
Timnas nasional (Timnas) Indonesia U-19 akhirnya mendapatkan gelar juara di Piala AFF U-19 2024 pada Senin (29/7/2024). Gelar itu diperoleh setelah penantian panjang selama 11 tahun.

Tim asuhan Indra Sjafri tersebut sukses mengandaskan perlawanan tim tamu Thailand di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya dengan skor tipis 1-0.

Momentum membanggakan tim berjuluk Garuda Nusantara ini mendapat sorotan dari berbagai pihak termasuk oleh Dosen Antropologi FISIP Universitas Airlangga (Unair), Rizky Sugianto Putri SAnt MSi. Menurut Rizky, Timnas Indonesia U-19 menjadi gambaran tentang bagaimana pembinaan kelompok umur jika ditangani dengan baik.

“Pembinaan yang baik sejak kelompok umur adalah kunci untuk mewujudkan generasi pemain unggul. Salah satu langkah terbaik dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan model pencarian bakat yang tepat,” ujarnya.

Turunnya Performa Pemain
Seakan menjadi sebuah siklus, banyak pemain jebolan Timnas Indonesia kelompok umur yang mengalami stagnasi pada karirnya.

Rizky mengatakan, salah satu faktor menurunnya performa seorang pemain bisa disebabkan karena ketenaran.

“Misalnya satu, karena tidak fokus menjadi atlet. Pekerjaannya atlet tapi bingung cari tambahan uang lainnya. Jadi influencer atau malah pemain iklan-iklan TV,” jelas Pengajar Antropologi Olahraga itu.

Selain itu, faktor komitmen dan tekad pemain juga menjadi hal yang dapat memengaruhi a konsistensi karir seorang pemain.

“Kalau mereka memang niat dan sadar, pasti gaya hidup itu dijaga. Tidak ada yang namanya merokok atau makan sembarangan. Pasti dipikirkan nutrisi yang dimakan sehari-hari seperti apa. Selain itu, olahraga. Jadi tidak hanya pas latihan bersama klub, tapi di luar itu sebagai atlet profesional, mereka harus menjaga tubuhnya,” imbuhnya.

Peran Pelatih

Rizky menyebutkan, permainan dari sebuah tim juga bergantung pada gaya permainan pelatih. Maka, penting untuk menerapkan kultur permainan yang sesuai.

“Untuk kultur sepak bola kita sendiri sebenarnya kita akrab dengan Filanesia, ya. Sebenarnya ini bagus, tapi implementasinya di lapangan ini kurang bahkan sama sekali tidak terlihat. Kita ganti-ganti pelatih itu pasti gaya bermain mengikuti pelatih itu sendiri,” jelasnya.

Ia juga mengapresiasi pelatih Timnas Indonesia saat ini yang berani melakukan sebuah gebrakan dengan mengandalkan pemain usia muda.

“STY ini gebrakan besarnya adalah dengan memotong dua generasi untuk timnas senior membawa kelompok umur, dan itu sangat berani. Yang bisa melihat potensi pemain itu ya pelatih,” ungkapnya.(Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait