Oleh: Ridwan
Alam raya ini selalu dijaga kesimbangannya, siklus yang berjalan selalu mengikuti ritme sang Penguasa tunggal yaitu Allah SWT. Manusia sebagai makhluk ciptaan yang sempurna diberi akal dan fikiran untuk selalu mencari sebab musabab atas semua peristiwa yang berdampak secara global dan menimbulkan rasa takut. Peristiwa bersifat alami selalu disamakan dengan fenomena alamiah yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya dan kapan berakhirnya.
Begitu juga dengan dunia Pendidikan, Sampai kapan proses belajar di sekolah akan normal?, Sudah lebih dari satu semester dunia Pendidikan dihantam oleh ganasnya pandemik ini sehingga menyebabkan proses yang berlangsung berjalan tidak normal.
Manusia berada pada posisi diambang keputusasaan karena rasio yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah terbentur fakta empiris. Logika yang selalu di bangun dengan premis hilang keampuhannya termakan oleh ganasnya pandemic ini. Meskipun Rene Descartes mengatakan, ketika saya berfikir saya ada, tetap saja berfikir manusia terbentur oleh kenyataan yang dihadapinya. kemampuan otak yang menandai kiprah manusia dalam berkemajuan, tatkala dihadapkan pada persoalan pelik, selalu membutuhkan waktu lama untuk memecahkannya, dan itupun belum tentu membawa keberhasilan.
COVID-19 adalah fenomena bersifat alami atau memang sengaja dibuat, dengan dampak sangat luas bagi manusia. Tidak hanya menjadi wabah yang menginfeksi manusia, tapi juga merontakkan sendi-sendi tatanan sosial yang sudah mapan. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda mereda. Namun demikian kabar baik berembus dengan kencangnya, yaitu dengan selesainya uji coba vaksin, maka vaksin ini sudah siap untuk diberikan pada penduduk dunia tidak terkecuali Indonesia. Dengan cara ini dimungkinkan bencana akan berakhir. Semoga begitu.
Bukan hanya COVID-19 ini, tetapi semua penyakit yang terjangkit oleh virus ganas semuanya diusahakan di vaksinasi, agar terjadi kekebalan untuk melawan virus yang masuk dan diam bersemayam pada tubuh manusia. Karena pada dasarnya virus tersebut merusak DNA Inang agar terjadi replikasi, untuk kemudian beranak pinak.
Adanya vaksin, maka virus yang akan bereproduksi akan diserang oleh vaksin virus tersebut, proses terbentuknya DNA Virus yang menumpang pada DNA inang akan gagal dalam melakukan replikasi. Dalam Istilah ilmu biologi peristiwa transkripsi dan translasi dalam peristiwa daur litik dan lisogenik rantainya terputus.
Bagaimana Posisi Lembaga Pendidikan
Seiring dengan semakin dekatnya vaksinasia yang akan dilakukan oleh pemerintah, ternyata tantangannya luar biasa rowetnya. Vaksin belum diberikan penolakannya begitu masiv, dengan berbagai macam argumen yang mucul. Mengikuti dimedia sosial atau berita online, masih ada beberapa kelompok masyarakat ragu akan pentingnya melawan COVID-19 dengan cara di vaksin.
Hasil Survey yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama dengan Indonesian Technical Advisory Group (ITAG) melakukan survey nasional tentang penerimaan vaksin COVID-19. Survey ini didukung oleh oleh UNICEF dan WHO dan berlangsung dari tanggal 19-30 September 2020, dengan melibatkan 115 ribu lebih orang dari 34 Provinsi, serta 99 persen dari seluruh kabupaten/kota. Hasilnya dua pertiga atau 65 persen masyarakat Indonesia menyatakan bersedia menerima Vaksin COVID-19, jika disediakan pemerintah. Delapan persen masyarakat menyatakan menolak, sedang 27 persen sisanya ragu (IDN Times, 30 Npvember 2020).
Anomali masih saja terjadi dimasyarakat, meskipun kelompok kecil tapi suaranya paling nyaring. penolakan tersebut motifnya bermacam-macaam antara lain; Agama, politik, rendahnya budaya membaca, kurangnya sosialisasi dan bahkan juga ego kelompok.
Ternyata pendidikan dan teknologi yang sudah maju tidak berbanding lurus dengan kemampuan berfikir rasional dan ilmiah. Banyak kajian ilmiah tetap saja membutakan hati dan fikiran untuk selalu berfikir sinis. Penulis tidak dalam artian menghakimi mereka yang tidak percaya, akan tetapi nalar yang harus dipakai kalah oleh berfikir curiga tanpa mencari tahu kebenarannya.
Lembaga Pendidikan di masa pandemi ini juga harus mengambil inisiatif dalam mensososialisasikan pentingnya vaksi agar manusia mempunyai kekebalan agar tidak mudah terjangkit virus ini. Cara yang harus ditempuh dalam membantu sosialisasi adalah sebagai berikut: Pertama; disela-sela kegiatan pembelajaran memasukkan unsur edukasi akan pentingnya vaksinasi, sehingga generasi yang sedang belajar itidak termakan oleh isu-isu negative akan dampak buruk vaksin tersebut atau menganggap tampa vaksin pun wabah in ikan berakhir.
Agitasi dan provokasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menghambat program vaksin oleh pemerintah tidak ditelan secara mentah. Racun pembodahan tidak menular kepada generasi yang sedang diasah hati, otak dan perilakunya. Tapi bagaimana siswa sebagai orang yang menempuh pendidikan berfikir jernih diikuti nalar rasional memahami fenomena yang terjadi.
Dengan edukasi tersebut diharapkan menularkan virus baik kepada para sanak saudara dan tetangganya agar juga mau mengikuti vaksinasi, kelak ketika kebijakan ini sudah dilaksanakan. Lembaga Pendidikan tidak hanya menghadirkan rutinitasakan materi belajar yang sudah ada pada kurikulum. Tapi kejadian faktual juga bagian yang harus diajarkan pada siswa.
Kedua, Dengan Tersosialisasinya vaksinasi, siswa juga diharapkan menjadi penghambat (barrier) akan pernyataan sebagian kelompok masyarakat dengan asumsi dan pernyataan yang kontraproduktif. Siswa menjadi public relation alami dalam mengkonter narasi genit yang mengatakan bahwa vaksinasi hanya akal akalan pemerintah saja.
Ketiga, siswa dapat menjadi contoh komunitas jumbo dalam sosialisasi menggalakkan vaksinasi virus ini. Tatanan sosial yang dibangun dalam mempelopori pentingnya vaksinasi merupakan kontribusi besar dalam menciptakan kekebalan secara mandiri dan global.
Keikutsertaan sekolah dalam mengawal vaksinasi sangat bermanfaat juga bagi Lembaga Pendidikan. Kegiatan daring yang berpadu dengan tatap muka akan segara berakhir dengan adanya vaksinasi bagi seluruh masyarakat. Sekolah akan Kembali normal dalam aktivitasnya. Bayang-bayang adanya cluster baru akan berakhir. Di lain pihak masyarakat tentunya juga akan bersuka cita karena putran-putirnya akan Kembali bersekolah secara normal.
Orang tua dan masyarakat juga tidak merasa was-was ketika anaknya berangkat ke sekolah untuk belajar. Ketakutan akan terjangkitnya COVID-19 bukan lagi menjadi beban psikologi yang menghantui setiap saat. Semoga Pandemi cepat berakhir dengan adanya vaksinasi. Meskipun itu belum bisa dipastikan kapan akan dilaksanakan. Salam.
Penulis Guru SMAN 2 Pamekasan
BIODATA PENULIS
NAMA : RIDWAN
PEKERJAAN : GURU SMAN 2 PAMEKASAN
ALAMAT KANTOR : JL. JOKOTOLE 234 PAMEKASAN
TELPON/HP : 087748203188