JAKARTA, Beritalima.com– Sosiolog Prof Dr Musni Umar mengaku resah serta tidak percaya survei yang selama ini bermunculan. Soalnya, hasil dari survei, termasuk jelang pilpres 2019 tidak sesuai dengan kenyataan dan berbeda jauh dengan realita di lapangan.
“Hampir setiap hari saya turun lapangan dan saya bertanya, wawancara untuk mendapatkan data. Saya melihat fenomena, terlebih pada masa kampanye. Ternyata hasilnya tidak tercermin dari survei yang ada. Dasar itu yang saya pegang. Setiap ada hasil survei, di hati saya berkata, tidak percaya,” kata Musni.
Itu diungkapkan Rektor Universitas Ibnu Chaldun ini saat tampil sebagai pembicara dalam Dialektika Demokrasi, dengan tema ‘Survei Pemilu, Realita atau Rekayasa’ di Media Centre Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta bersama pengamat SMRC, Sirajudin Abbas, pimpinan DPR RI Fadli Zon dan Anggota DPR RI, Maruarar Sirait, Kamis, (21/3).
Dijelaskan, saat wawancara responden masyarakat jelata. Alasannya, disamping lebih dapat dipercaya, jumlah seperti itu paling banyak.
Efektifnya, juga sudah dia rasakan langsung sejak 2004, sampai saat Jokowi mencalonkan diri jadi presiden 2014.
“Nah, buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia, takdir Tahun Jokowi RI 1 dan JK RI 2, itu adalah hasil wawancara saya. Hasil dialog saya. Dan, saya potret apa yang terjadi di masyarakat,” jelas Musni.
Mengapa dirinya meragukan hasil survei yang ada? Pertama, yang melakukan survei itu tidak ada netralitasnya. Survei itu bias dan tidak netral.
“Kedua, lembaga ini rata-rata dibiayai pihak yang ingin disurvei. Jadi tidak mandiri. Artinya, yang survei itu mengikuti keinginan yang membiayai. Atau bisa juga metodeloginya atau lainnya tidak pas,” jelas Musni.
Pertanyaannya, apakah akan terus seperti ini? Jawabnya, tentu tidak. Karena bila terus seperti itu, jadi tidak baik. Mengarahkan orang untuk memilih sesuatu yang disasar lembaga survei sesuai keinginan yang mendanai.
“Sekali lagi saya katakan, survei saya tak percaya. Dulu saya lakukan dengan cara saya Jokowi menang, dan ternyata menang. Nah sekarang saya lakukan hal serupa, hasilnya Prabowo–Sandi yang menang. Itu saya tulis awal Januari-Analisis sosiologis prabowo-sandi akan memenangkan pemilu 2019.
Dikatakan, dirinya bukan tim sukses Prabowo-Sandi atau berada di pihak pasangan nomor urut 02 itu. “Saya tidak bertemu, apalagi komunikasi dengan beliau. Yang saya lakukan analisis sosiolog. Hasil wawancara dengan masyarakat jelata dan mengamati fenomena.”
Alasan lainnya yang tak percaya survei, kata Musni, terjadi lautan manusia kalau Prabowo-Jokowi datang, tetapi hasil survei sama sekali tidak tercermin. “Atas hal itu, saya akan mengiakan jika ada yang bilang saat ini survei abal-abal, bayaran. Memang realitasnya seperti itu.
Pastinya, kata Musni, dia sudah turun diseluruh wilayah Jakarta. Selatan, Pusat, Timur, Barat. Dan setiap hari lakukan wawancara dengan rakyat jelata. Hasilnya, 100 persen mereka memilih atau menginginkan adanya perobahan
Musni juga memaparkan hasil wawancaranya di Bogor, dengan metode yang sama. Hasilnya sama, 100 persen ingin perobahan. Tapi sebaliknya hasil survei sama sekali tidak tercermin.
Akhirnya, Masni meminta kepada lembaga survei (LPPM) Universitas Ibnu Chaldun untuk melakukan survei. Dilakukan mulai Januari, Februari dan terus 1 April hasilnya akan diluncurkan.
“Survei kita hanya di Jakarta. Karena Jakarta akan menjadi Barometer kenangan atau perobahan. Di Jakarta ini banyak sekali orang pendatang. Hampir semua perwakilan daerah ada di Jakarta,” demikian Musni Umar. (akhir)