SURABAYA, Beritalima.com|
Anggota DPRD provinsi Jatim DR Sri Untari MAP menegaskan bahwa selama kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa – Emil Elistianto Dardak, masih kurang optimal dalam mengimplementasikan program 9 Nawa Bhakti Satya.
Menurut ketua fraksi PDI-P DPRD provinsi Jatim ini, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan, antara lain di sektor pendidikan dan seni budaya. Bahkan anggaran untuk kedua sektor ini perlu ditambahkan.
“Yang pertama di sektor pendidikan. Yang utamanya di bidang pendidikan itu kan ada program TisTas, gratis berkualitas. Itu nggak jalan sama sekali, sampai akhirnya di 2 tahun terakhir kami meminta untuk Tis Tas nya coba dibuang saja, kita ganti dengan subsidi silang, ada peran serta masyarakat dengan melibatkan komite sekolah. Yang kaya membayar untuk membiayai yang miskin,” cetus sekretaris DPD PDI-P Jatim ini.
“Saya tidak tahu siapa yang keliru, tetapi harusnya para perangkat daerahnya mengingatkan, bahwa ini janji gubernur lho ya, yang sudah disampaikan pada masyarakat dan kemudian harus dilakukan, sehingga pendidikan SMA ini memang tidak jadi gratis. Nah melihat fakta-fakta di lapangan seperti itu. Kami kan juga kasihan kepada masyarakat yang miskin, maka Kemudian kami memberikan sebuah sinyal, silahkan yang kaya harus memberikan subsidi bagi warga yang miskin, sehingga munculah bantuan-bantuan dari komite-komite sekolah itu. Intinya kan itu untuk membiayai kegiatan sekolah yang tidak ada anggarannya di sekolah,” sebutnya.
Menurut ketua umum Dekopin pusat ini, di sektor kesehatan pihaknya mengklaim sudah cukup baik, karena pemerintah provinsi rumah sakit umum sudah melakukan pelayanan dengan baik, mulai dokter Sutomo, Saiful Anwar, Sudono Madiun, RSJ Menur, Haji dan rumah sakit mata.
“Saya lihat yang kurang mendapatkan perhatian, baik fasilitas maupun anggaran, di sektor Senin budaya. Yang tampak dilakukan oleh profesional kira-kira hanya 10%. Contohnya sanggar-sanggar tari, terus dalang-dalang yang sudah profesional itu, selebihnya adalah hobi. Seniman mengembangkan hobinya sebagai profesi. Banyak orang menaruhkan harapan hidupnya dari sisi hobi. Misalkan pelukis, penyair, pemain drama, penulis puisi, penulis buku atau novelis, pemain jaran kepang. Kalau pedangdut masih laku di mana-mana, sebagian besar seniman ini hidupnya memprihatinkan,” tukasnya.
Anggota komisi E DPRD provinsi Jatim ini mengungkapkan bahwa seharusnya, setiap warga yang memiliki talenta di bidang mereka masing-masing, harus tetap mendapatkan perhatian dan mendapatkan anggaran untuk bisa mengembangkan potensi mereka. Karena mereka juga punya hak yang sama untuk mendapatkan kesempatan meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga mereka.(Yul)