Stereotype “Si Kabayan” Masih Melekat pada Segelintir Pria Sunda

  • Whatsapp

BANYAK yang menganggap kalau orang-orang Sunda itu — terutama kaum prianya– pemalas, nggak mau usaha dan bekerja keras. Entah bagaimana, yang pasti stereotype ini sudah terlanjur menjadi rahasia umum bagi masyarakat.  

Tidak saja kalangan internal, masyarakat dari suku lain yang telah lama berbaur dengan suku ini juga sama-sama maklum bahwa segelintir pria Sunda itu pemalas, nggak mau usaha dan bekerja keras. Sehingga tidaklah heran jika di antara mereka dengan tanpa beban dan rasa malu, hidup bergantung dari penghasilan pasangan hidupnya. Istrinya bekerja, mereka enak-enakan slonjoran di rumah, nongkrong di warung kopi, bahkan menganggap hobi yang tidak produktif sebagai pekerjaan tetap. Seperti memancing, pelihara burung, atau hobi-hobi lain yang tidak menghasilkan. 

Bagi yang sedikit tahu diri, ada juga yang rela jadi “baby sitter” menjaga anak-anak di rumah, sementara sang istri bekerja. Berangkat pagi pulang sore bahkan malam, banting tulang memeras keringat guna menghidupi keluarga. Ada yang bekerja sebagai pelayan toko, restoran, SPG atau kasir di mall dan lain sebagainya.

Bagi pria Sunda type ini, punya istri berstatus PNS atau karyawan swasta yang bonafid merupakan anugerah tersendiri, dianggap rezeki, karena bakat malasnya menjadi tersalurkan.

Sifat pemalas yang identik dengan sosok pria Sunda barangkali ada benang merahnya dengan stereotyp tokoh dongeng “Kabayan’ yang kerjaannya hanya memancing ikan saja. Padahal orang Sunda juga sama seperti dari suku lain, banyak juga yang juga bekerja giat untuk menghidupi diri dan keluarga (bagi yang telah menikah) setiap hari disangkut pautkan dengan tokoh dongeng “Kabayan’ yang kerjaannya hanya memancing ikan saja. Padahal orang sunda juga sama seperti dari suku lain, banyak juga yang juga bekerja giat untuk menghidupi diri dan keluarga (bagi yang telah menikah) setiap hari.

Buktinya di Bandung juga banyak banget daerah-daerah pengrajin dan usaha, sebut saja Cibaduyut, warganya rata-rata adalah pengrajin dan pengusaha sepatu, bahkan produk-produnya banyak yang diekspor ke luar negeri juga! 

Banyak juga pria Sunda yang sukses jadi seorang pengusaha sukses, seperti Chairul Tanjung, Reza Nurhilman (presiden keripik maicih), dan Eddy Kusnadi Sariaatmadja.

Kalaupun ada yang kebetulan melekat karakter “Kabayan” pada dirinya, pada zaman sekarang hanya dimiliki segelintir pria Sunda saja. Mereka jadi seperti itu bisa faktor keturunan, latar belakang pendidikan yang rendah, pergaulan atau faktor keturunan. Bagi pria Sunda model beginian, urusan ngerayu atau ngegombal dialah jagonya. 

Pokoknya salut dan jempol patut diberikan kepada para wanita yang betah bertahan lama-lama hidup bersama kepala keluarga berjiwa “Kabayan” ini. 

** referensi tulisan disarikan dari berbagai sumber

# aliansi media online & telekomunikasi Indonesia (AMOI) ~ terdepan dalam informasi, kedepankan mutu dan akurasi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *