Subsidi Badan Pengelola Sawit, Mulyanto: Prioritas Rakyat Kecil, Bukan Pengusaha

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak perlu menambah subsidi untuk Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Dana yang dianggarkan untuk peningkatan produksi minyak sawit sebagai bahan baku biosolar tersebut lebih baik dialihkan untuk program peningkatan kesejahteraan rakyat.

Hal tersebut dikatakan politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Komisi VII DPR RI kepada Beritalima.com melalui WhatsApp (WA), Rabu (24/6) pagi. Pemberian subsidi kepada Badan Pengola Dana Perkebunan Kelapa Sawit untuk meningkatkan produksi bahan campuran biosolar saat ini tidak efektif.

“Saat harga minyak dunia anjlok, model subsidi ini hanya menghambur-hamburkan uang rakyat dan menguntungkan pengusaha besar. Apalagi di tengah pandemi virus Corona (Covid-19) seperti sekarang.

“Kita jangan menggelontorkan uang rakyat untuk mensubsidi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Apalagi kalau yang menikmati hanya segelintir raksasa sawit, sementara petani sawit kecil tetap tidak tersentuh,” papar legislator dari Dapil III Provinsi Banten tersebut.

Di tengah permintaan BBM domestik yang menurun, lanjut Mulyanto, lebih baik kita sesuaikan komposisi produksi biofuel tersebut sesuai harga keekonomiannya agar uang rakyat yang terbatas betul-betul dapat difokuskan untuk penanggulangan pandemi Covid-19.

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI bidang Industri dan Pembangunan tersebut mengapresiasi upaya Pemerintah meningkatkan produksi biosolar sebagai salah satu cara mengurangi polusi udara. Namun, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memproduksi biodiesel secara besar-besaran mengingat harga minyak dunia anjlok dan masyarakat tengah menderita kedaruratan kesehatan.

“Melihat perkembangan harga minyak dunia saat ini dan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri serta juga tingkat persediaan minyak mentah dunia melimpah, sebaiknya Pemerintah memilih opsi yang lebih efisien. Buat apa produksi biosolar dengan komposisi Fatty Acid Methyl Esters (FAME) tinggi, jika subsidinya semakin membengkak.

Dikatakan, kita jangan terlalu bersemangat untuk menaikkan komposisi FAME atau bahan olahan minyak sawit untuk campuran produksi biosolar) dari 20 menjadi 30 persen dan seterusnya bila harga keekonomiannya semakin tergerus.

“Kita harus menjaga irama penataan sektor hulu dan sektor hilir migas secara selaras dan harmonis. Pemerintah jangan lebih mementingkan atau menolong segelintir raksasa sawit daripada kepentingan konsumen solar bersubsidi. Prioritas pemerintah harusnya nasib rakyat kecil bukan para cukong sawit,” demikian Dr H Mulyanto M.Eng. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait