beritalima.com | Memasuki masa yang didominasikan oleh anak muda membuat semua jenis usaha di seluruh kota khususnya Indonesia menjadi hal yang lumrah atau banyak tersebar dimana-mana. Hal yang diincar hanya satu, ialah kebersamaan. Bersenda gurau, membahas pekerjaan, atau sekadar berkumpul dengan orang terdekat menjadi referensi yang tepat dibuatnya usaha kopi. Usaha kopi sudah dapat ditemui di setiap jalan Ibu Kota, bahkan sampai gang sempit saja usaha kopi selalu ada. Pekerjaan ini diambil oleh Rian sebagai jalan hidupnya.
Rian adalah seorang teman yang sudah lama mendambakan menjadi seorang barista kopi. Kata inilah yang sering disebutkan pada saya, iseng, berawal dari keisengannya inilah yang membawa dirinya berhasil menjadi barista kopi. Isengnya dia itu beragam, salah satunya seperti menerima tantangan dari teman lain untuk mencoba semua jenis kopi. “Karena lidah ini yang bisa menentukan jalan hidup gua”, kata Rian kepada saya. Sekarang impiannya tercapai.
Seorang barista kopi tentu mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing. Rian termasuk orang yang mempunyai semua keahlian itu. Racikannya yang saya suka ialah saat dia membuatkan saya V60. Rian senang, dikala ia menjadi barista ada saja teman-teman masa kecilnya yang sering bertemu. Bukan satu atau dua kali, bahkan hampir setiap hari. Barista yang kerja disana juga baik-baik, berteman, tidak memandang fisik atau finansial.
Belakangan ini Jakarta sudah melakukan physical distancing sampai PSBB akibat berlangsungnya virus yang menyerang. Karena itulah membuat rian sedih dan sering menganggur, yang biasanya ia senang dengan pekerjaannya setiap hari selalu ada cerita yang dia unggah ke story social media, sekarang kebanyakan menganggur di rumah dan bingung untuk membantu menafkahi pekerjaan sang ayah. Keluarga mereka terbilang berada di ekonomi antara cukup dan tidak cukup. Dengan rian memiliki pekerjan ini setidaknya bisa membantu beberapa persennya untuk menghidupkan satu keluarga.
“Biasanya nih ya, satu hari ada 10-15 pelanggan di toko, sekarang boro-boro, kebanyakan nganggur di rumah,” keluh tanpa henti dari Rian. Saya sebagai teman hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya, sering kali saya membuatnya tersenyum tapi selalu dipatahkan dengan bualan tentang musibah yang sekarang sedang terjadi.
(Rama Kresna Pryawan/PNJ)