Kondisi kekinian, wanita dengan leluhur dari Tanatoraja ini, tidak menyangka kalau dirinya bisa menjadi dosen. Demikian ditegaskan di kampusnya, akhir April 2016.
Sekalipun hanya bercita-cita menjadi guru SD, tapi semangat melanjutkan studi ke jenjang doktoral, tidak pernah surut. Ada keinginan melanjutkan pendidikan S3 di luar Sulsel.
“Kalau saya mendapat izin, maka pada tahun depan berencana lanjut kuliah, kalau bukan di Surabaya maka memilih Malang,”, tegas wanita kelahiran 14 Agustus 1983 ini.
Wanita yang masih lajang ini, di Unsa tidak hanya bertugas sebagai dosen Bahasa Indonesia, tapi dia juga diberi kepercayaan sebagai kepala pengelola laboratorium bahasa.
Di laboratorium bahasa ini, jelas putri pasangan Masri dengan Djumsiah, tugasnya mengatur jadwal mahasiswa masuk praktek belajar di ruangan serta merawat dan menjaga alat-alat di dalam ruangan, katanya.
Ada suasana menarik selama mengajar di Unsa, rasa kebersamaan sesama dosen dan staf sangat tinggi. “Disini maksudnya di Unsa dosen-dosennya baik-baik semua, jadi suasananya di kampus lebih dinamis,’’, kata magister pendidikan bahasa Indonesia PPs-UNM ini. (ulla/yahya)