SURABAYA, beritalima.com | Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Sabtu (21/10/2023) kemarin kembali gelar wisuda. Dari 467 wisudawan program D3, S1 dan S2, Sulistiyo paling bersinar di antara banyak bintang atau wisudawan berprestasi.
Kendati sudah tidak muda lagi, Sulistyo adalah wisudawan S2 dengan IPK 3,97. Pria umur 47 tahun ini kini sah menambah gelar MM, setelah sejak 2021 bertitel SH yang juga diraih dari UWKS.
Mengawali kuliah sudah umur kepala 4, yang maksudnya untuk mendorong semangat belajar 2 anaknya, Sulistiyo SH MM jadi ingin keterusan kuliah. Ditemui seusai diwisuda kemarin, Sulistiyo menyatakan akan terus melanjutkan kuliah S3 di universitas yang sama.
Berbicara di atas podium mewakili sesama wisudawan UWKS, Sulistiyo menyatakan menempuh pendidikan di perguruan tinggi ini sangat menyenangkan.
“UWKS memberi banyak pelajaran berharga. Saya akan terus kuliah di samping terus mengabdi untuk negeri,” tegas karyawan Yayasan Wijaya Kusuma ini.
Pria kelahiran Surabaya tahun 1976 ini mengatakan, mengejar ilmu tak mengenal batas usia. Tak perlu malu meski sudah tua. Jangan pernah lelah dan patah semangat.
Dia yang lulus dengan Disertasi “Pekerjaan Jasa Kontruksi Pembangunan Gedung Mini Tower Universitas Wijaya Kusuma Surabaya” ini mengaku selalu berpegang teguh pada tips tidak patah semangat.
Selain buat putra pertamanya yang sudah semester 7 Fakultas Hukum UWKS dan putrinya di Khotijah, Sulistiyo menyatakan ilmu yang didapat dari UWKS akan dipersembahkan buat masyarakat.
Sulistiyo menegaskan, akan membuat karya tulis tentang hukum perjanjian itu. Diantaranya dia akan membuat jurnal perihal pinjaman online agar masyarakat tak sampai terjebak ke persoalan yang bisa malah bikin sengsara ini.
Selain itu juga soal perjanjian hukum. “Harapan saya masyarakat luas bisa mengerti tentang suatu perjanjian, yang intinya harus dibaca dengan gamblang, sehingga walaupun tidak paham hukum tapi bisa mengerti secara umum arti dari perjanjian itu, sehingga tidak mudah tertipu,” papar Sulistiyo.
“Jadi lewat karya tulis saya ingin memberikan pengertian pada masyarakat supaya tidak mudah tergiur tawaran yang tidak dipahami hingga akhirnya dapat ancaman dari pihak pemberi pinjaman,” tambahnya.
Sulistiyo sangat perhatian terhadap masyarakat kecil terutama yang terjebak pinjaman online ilegal, karena bapaknya dulu tukang kayu dan ibunya bakul pecel di trotoar. Dari 11 bersaudara, dia satu-satunya anak yang merasakan bangku kuliah.
Atas keberhasilannya ini, Sulistiyo sangat berterimakasih atas perjuangan kedua orangtuanya, kepada istrinya yang terus mensuport semangatnya, dan kepada Ketua Yayasan Wijaya Kusuma Soejadmiko yang selalu memotivasi dan menyemangatinya untuk terus menempuh pendidikan tinggi. (Gan)
Teks Foto: Sulistiyo SH MM.