JAKARTA, Beritakima.com– Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) Benowo, Surabaya akan menjadi role model pengelolaan sampah menjadi energi listrik di Indonesia. PSEL sebagai bagian perkembangan kelistrikan mandiri di Indonesia.
Wakil Ketua DPD RI, Sultan Bachtiar Najamudin dalam keterangan pers yang diterima awak media awal pekan ini mengatakan, sampah tak hanya merusak kelestarian lingkungan, tetapi juga mengganggu kesehatan masyarakat. Pencemarannya melalui udara, air, tanah maupun organisme lain dapat menimbulkan penyakit.
Sampah yang tidak terkelola, selain menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu estetika, juga menjadi media perkembangbiakan vektor dan hewan pengerat. Hasil penelitian di tempat pembuangan akhir sampah di Indonesia menunjukkan penurunan kualitas lingkungan, baik udara air dan tanah.
“Diperlukan penanganan segera terhadap kondisi lingkungan yang tercemar. Jadi dengan adanya PSEL kita mendapatkan keuntungan berlipat, baik secara ekonomis maupun kesehatan,” tegas mantan Wakil Gubernur Bengkulu tersebut.
Menurut Sultan, misi pemerintah mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan sekaligus mandiri energi memang masih jauh dari kenyataan. Masalahnya terletak ketidakmampuan negara mengembangkan teknologi yang murah dan tepat guna untuk memproses energi terbarukan di tingkat lokal. Salah satu yang tidak bisa dimanfaatkan mengubah sampah menjadi barang bernilai ekonomis seperti listrik.
Hanya saja. tambah Sultan, selama ini keterbatasan dalam hal anggaran yang dimiliki pemerintah menjadi tantangan tersendiri dalam membangun proyek-proyek pengelolaan sampah diseluruh daerah.
Mengenai pengelolaan sampah sebagai bahan baku industri terbarukan yang menghasilkan listrik harus melibatkan dunia usaha agar kemudian terjadi investasi disektor ini. “Ini dapat terwujud bila mendapat dukungan melalui kebijakan pemerintah. Jadi investor harus merasa mendapatkan perlindungan dengan regulasi yang berpihak kepada mereka.”
Sultan berharap, industri di Indonesia mengalami transisi dari energi fosil ke penggunaan energi bersih. Ini bisa dimulai dengan cara mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, sumber utama emisi karbon, termasuk pembangkit tenaga batu bara.
“Dan, saya sangat mendukung langkah-langkah yang dilakukan pemerintah sebagai bentuk komitmennya yang mendorong percepatan transisi energi di Indonesia,” Sultan Bachtiar Najamudin. (akhir)