Oleh:
Rudi S Kamri
Apa hubungannya antara ikrar atau sumpah pemuda tahun 1928 dengan gerakan demonstrasi mahasiswa dan pekerja yang menolak UU Cipta Kerja Omnibus Law? Sebenarnya tidak ada kaitannya namun saya hanya memperbandingkan kedua kegiatan yang sebetulnya juga memang tidak sebanding dan tak tertanding. Seperti bumi dan langit.
Pada tahun 1926-1928 para perkumpulan pemuda seluruh tanah air dengan nekat berkumpul dan berikrar untuk satu bangsa, satu tanah air dan bahasa yang sama yaitu Indonesia. Padahal saat itu negara Indonesia belum ada atau belum lahir. Tapi para pemuda tersebut dengan tekad yang kuat, dengan mengesamping- kan perbedaan diantara mereka dengan tulus ikhlas mereka berikrar untuk melebur ke dalam satu bangsa yaitu Indonesia.
Mereka pemuda pemudi pemberani. Bahkan cenderung nekat. Tapi nekat yang terukur dan berkarakter. Karena mereka punya tujuan dan sikap yang sama yaitu membentuk sebuah bangsa. Mari kita bayangkan. Tahun 1926-1928 bagaimana mereka para pemuda pemudi dengan segala upaya dan dengan pengorbanan yang bertaruh nyawa dari seluruh penjuru Nusantara menuju Batavia (Jakarta). Pada saat belum ada pesawat udara. Kapal laut dan kereta memang sudah ada, tapi sudah barang tentu dengan kondisi yang amat sangat sederhana. Bisa bayangkankah ?
Belum lagi di Batavia, mereka harus rapat dan berdiskusi dengan bayang-bayang ancaman bayonet dan senjata dari tentara Belanda sang penguasa waktu itu. Penjara atau nyawa taruhan di depan mata. Waktu itu negara Indonesia belum ada. Masih sebatas angan-angan. Namun mereka mampu membuat prasasti ikrar Sumpah Pemuda yang akan menjadi monumen persatuan bangsa selama-lamanya. Kaum pemuda pemudi waktu itu adalah Bapak-Ibu bangsa yang sangat visioner. Pandangan mereka jauh melampaui zamannya. Menembus cakrawala dialektika yang tanpa batas. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah cikal bakal terbentuknya sebuah bangsa yaitu Indonesia.
Suatu pertanyaan mendasar. Apakah mungkin akan ada Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tanpa ada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928?
Jawabannya jelas tidak mungkin. Tidak akan mungkin ada kemerdekaan negara tanpa inspirasi dan dukungan gerakan kultural Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Para tokoh kemerdekaan negara Republik ini agak ringan menyuarakan kebebasan pembentukan sebuah negara karena persatuan bangsa se Nusantara sudah dirajut kuat dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928.
Pada intinya, gerakan Pemuda Pemudi tahun 1926-1928 adalah gerakan kultural yang berkarakter, punya tujuan jelas dan tahu pasti arah langkahnya kemana.
Bagaimana dengan para pemuda pemudi yang hari ini teriak sampai serak menolak UU Cipta Kerja Omnibus Law 2020?
Ada pembeda yang sangat jelas. Para pemuda entah mahasiswa, pelajar, kaum pekerja dll yang hari ini berdemonstrasi jangankan punya konsep, apa yang mereka suarakan saja mereka tidak tahu. Saya yakin tidak ada satupun mahasiswa yang sok bergaya mengancam Presiden Jokowi untuk menciptakan kegentingan nasional, pernah membaca detail UU Cipta Kerja Omnibus Law yang berjumlah lebih dari 1000 halaman tersebut. Mereka tidak punya spirit perjuangan yang konkrit. Mereka hanya sedang hura-hura mencari eksistensi diri. Mereka tidak memikirkan rakyat apalagi keutuhan bangsa. Mereka hanya bersuara di jalanan sesuai instruksi sang pemodal.
Para pemuda pemudi yang hari ini turun di jalan tidak pernah belajar sejarah. Seandainya mereka tahu bagaimana beratnya perjuangan para pemuda pemudi yang 92 tahun lalu berupaya keras dengan sepenuh jiwa, raga dan nyawa merajut sebuah ‘nation’ yang bernama Indonesia, mereka para penolak Omnibus Law itu pasti malu sampai terkencing di celana.
Inilah pentingnya belajar sejarah. Jangan sekedar sibuk menulis sejarah sendiri tapi kehilangan jati diri. Mereka hanya sekedar bersandiwara memprotes Kepala Negara, tapi tidak mampu bersikap bagaimana menjadi anak bangsa. Anak bangsa yang tidak hanya menuntut hak hakiki tapi melupakan kewajiban kepada negeri.
Selamat mensyukuri hari Sumpah Pemuda ???.
Salam SATU Indonesia
28102020
