Surabaya Tekan Kemiskinan Lewat 1.214 Inovasi, Pemkot Ungkap Resep hingga Raih IGA 2025

  • Whatsapp

Surabaya, beritalima.com | Deretan inovasi yang lahir dari pemerintah dan warga Surabaya bukan hanya menjadi jalan menuju panggung penghargaan nasional, tetapi juga terbukti menurunkan angka kemiskinan secara signifikan. Hal inilah yang mengantarkan Surabaya meraih predikat kota terinovatif tingkat nasional dalam Innovative Government Award (IGA) Tahun 2025.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad, menuturkan prestasi ini adalah buah dari gotong royong seluruh elemen masyarakat di Kota Pahlawan.

“Alhamdulillah kita selama setahun ini banyak penghargaan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Sebenarnya tidak hanya tingkat nasional, tapi juga internasional. Penghargaan itu bukan hanya untuk pemerintah kota, tapi juga seluruh warga Kota Surabaya karena partisipasinya luar biasa,” kata Irvan, Sabtu (13/12/2025).

Selain itu, Irvan mengungkap bahwa Surabaya juga menjadi kota dengan inovasi pemerintahan konkuren paling merata di Indonesia. Penghargaan ini sekaligus diserahkan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) bersamaan pada puncak IGA 2025 di Jakarta, Rabu (10/12/2025).

“Surabaya dinobatkan sebagai kota terinovatif dan sekaligus menerima penghargaan pemerintah daerah dengan sebaran inovasi urusan pemerintahan konkuren terbanyak tahun 2025,” jelasnya.

Irvan menyebut, ada 1.214 inovasi tercatat sepanjang tahun 2025. Dari jumlah tersebut, 355 inovasi di antaranya berasal dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Sedangkan sisanya, inovasi lahir dari masyarakat, perguruan tinggi, SMA/SMK, dan komunitas. “Jadi terbanyak se-Indonesia,” tegasnya.

Namun, di balik angka itu, dampak paling terasa justru muncul pada penurunan kemiskinan. Irvan memaparkan jika inovasi tersebut telah memperbaiki efektivitas intervensi Pemkot Surabaya. “Inovasi adalah kunci dari suatu keberhasilan kota. Bagaimana kita bisa melakukan birokrasi atau pelayanan publik ini secara lebih efisien dan berdampak,” tuturnya.

Lebih dari itu, Irvan menyebut, inovasi ini juga berdampak pada indikator makro. Angka kemiskinan turun dari 5,23 persen menjadi 3,56 persen. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) merosot dari 9,68 persen menjadi 4,84 persen. Sementara Gini Rasio membaik dari 0,423 menjadi 0,381, yang menandakan kesenjangan terus mengecil. “Artinya indikator-indikator ini menunjukkan bahwa inovasi kita itu sudah berdampak,” ungkap Irvan.

Ia menegaskan semua pencapaian itu tidak lepas dari inovasi kunci Surabaya “One Data, One Map, One Policy”. Artinya, satu data, satu peta, satu kebijakan. “Jadi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kota dan Pak Wali Kota Eri Cahyadi, semua harus berbasis data,” ungkap Irvan.

Dengan basis data yang lengkap dan terus divalidasi oleh warga, RT/RW, serta Aparatur Sipil Negara (ASN) di lapangan, Irvan menyakini intervensi sosial menjadi jauh lebih presisi.

“Ketika kita berbasis data, intervensi kita misalnya menyelesaikan problem kemiskinan by name by address, itu tepat sasaran. Jadi itu keunggulan kita yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain,” katanya.

Namun, Irvan mengakui jika data tersebut tentu bersifat dinamis. Karenanya, Pemkot Surabaya terus memperbarui data sosial secara berkala. “Memang data itu selalu dinamis, selalu berubah. Dan itu memang kenapa data kita harus realtime dan itu (update data) dibantu oleh masyarakat,” tambahnya.

Irvan kembali menegaskan keberhasilan menekan kemiskinan bukan hanya hasil kerja Pemkot Surabaya, tetapi kolaborasi pentahelix. “Jadi tidak hanya pemerintah. Ada pengusaha, lintas sektor, media, akademisi, termasuk unsur-unsur masyarakat atau NGO dan sebagainya,” pungkasnya. (*)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait