beritalima.com | Setelah kemerdekaan 1945 kita telah mengalami beberapa kali pemberontakan yang membuat ketidak stabilan ekonomi, dan kemunduran dalam penegakan hak asasi manusia. Sebagai bangsa yang baru merdeka dari cengkeraman penjajah Jepang kendala demi kendala masih terus menerus menghantui.
Tiga jaman telah kita lalui, yaitu jaman orde lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1965. Pada masa orde lama pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS). Jaman orde baru 1966-1998 yang dipimpin oleh presiden Soeharto. Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk, KKN semakin merajalela sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Demonstrasi besar-besaran digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demostran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.
Di era reformasi yang dipimpin oleh presiden BJ. Habibie kebesan pers, kebebasan berpikir, berserikat, dan menyampaikan pendapat di muka umum diberi ruang dan dilindungi oleh undang-undang. Tentunya kebesan pers yang bertanggung jawab. Sampaikan aspirasi dengan tertib, dan santun sesuai adat ketimuran. Jangan anarkis, merusak fasilitas umum, memaksakan kehendak untuk menang-menangan, dengan mengesampingkan tata krama, atau hukum yang berlaku.
Di era globalisasi sekarang, era revolusi industri 4.0. Kita butuh kerjasama semua anak bangsa, kerjasama semua pihak untuk menghadapi kekuatan bangsa asing. Sudah sepatutya kita tanggalkan sifat permusuhan, sifat kedaerahan, supaya tidak mudah diadu domba lagi. Persatuan dan kesatuan bangsa menjadi penangkal melawan pengaruh asing. Hanya dengan persatuan dan kesatuan, kita bisa membangun negeri, dengan persatuan dan kesatuan kita akan menjadi bangsa yang berdikari, dan dengan persatuan dan kesatuan kita akan menjadi bangsa yang besar sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pedoman berbangsa dan bernegara harus dijalankan oleh seluruh rakyat Indonesia. Bangsa ini membutuhkan seorang negarawan sejati. Seorang pemimpin yang andab asor, mau bekerja besar, dan mengedepankan kepentingan rakyat Indonesia. Bukan seorang pemimpin yang berpikiran sempit, hanya mementingkan diri sendiri, kelompok dan golongan saja.
Pesan kami, sejarah kelam masa lalu jangan sampai terulang kembali. Seperti kita tahu, sejarah kelam Nusantara selalu diwarnai perang antar saudara yang berdarah-darah, dan meruntuhkan sendi-sendi kehidupan. Perang telah memporak-porandakan peradapan manusia, dan kehancuran.
Dalam konflik yang mempengaruhi nasib peradaban manusia, dipastikan ada sifat angkara murka, licik, picik, keras hati. Hal ini tercermin pada seorang pemimpin yang adigang, adigung, adiguna. Ada sifat serakah, hingga menghalalkan segala cara, termasuk minciptakan permusuhan dan kehancuran demi mengejar tahta, harta, dan hasrat untuk berkuasa.
Ronggowarsito-lah yang pertama kali memunculkan kalimat Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti. Kalimat itu sebenarnya bagian dari sebuah tembang Kinanthi yang diciptakannya. Tembang itu sendiri termuat dalam Serat Ajipamasa atau Serat Witaradya atau Serat Pustaka Raja Wedha yang ditulis Ronggowarsito. Secara umum, makna ungkapan “Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti” adalah segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut, dan sabar.
Rangga Warsita adalah bukan orang sembarangan. Leluhur beliau sudah sejak lama mengabdi di Keraton Surakarta sebagai seorang pujangga yang mencatat sejarah kelam Nusantara agar menjadi pembelajaran bagi generasi penerus bangsa. Rangga Warsita lantas menuliskan pepatah bijak. Pepatah yang mengingatkan kepada kita generasi penerus bangsa. Sekuat apapun Anda, betapa hebat apapun Anda, jika berada di pihak kejahatan yang mengumbar angkara murka, maka suatu saat kelak pasti akan kalah dengan pihak yang membela kebenaran.
Seseorang pemimpin yang seluruh hidupnya dicurahkan untuk kemajuan bangsa dan negara, demi merah putih, dan kepentingan rakyat, pasti akan mendapat perlindungan dari Allah Swt. Sifat jujur, sabar, dan bijaksana yang ada pada seorang pemimpin, menjadi benteng diri. Selain itu untuk memenangkan persaingan global, meraih masa depan gemilang, seorang pemimpin harus mempunyai pemikiran yang cerdas, dan lompatan besar kedepan.
Kita semua patut bersyukur, karena Tuhan telah mengirim, meanugerahi seorang pemimpin yang mumpuni. Percayalah, segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka yang merongrong kedaulatan negara akan hancur lebur dengan sendirinya. Suro Diro Jayaningrat Lebur Dining Pangastuti. Bagaima pendapat Anda.
Surabaya, 6 September 2019
Cak Deky