JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi V DPR RI yang membidangi transportasi, infrastruktur dan Perumahan Rakyat, Suryadi Jaya Purnama SJP meminta pihak berwenang mengevaluasi efektifitas alat pendeteksi virus Corona (Covid-19) yang digunakan saat ini terutama untuk dunia transportasi seperti penerbangan.
Permintaan itu disampaikan legislator dari Dapil II Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah ditemukannya ada penumpang positif pandemi virus Corona (Covid-19) pada maskapai Garuda Indonesia di Hongkong. Temuan itu membuat otoritas setempat melarang penerbangan maskapai Garuda Indonesia dari Jakarta ke Hongkong 22 Juni hingga 5 Juli 2021.
Penumpang yang dinyatakan positif Covid-19 itu, kata Suryadi, diketahui positif Covid-19 berdasarkan hasil tes setibanya di Hong Kong. Minggu 20 Juni 2021. Padahal yang bersangkutan sudah dilakukan tes di Jakarta dan hasilnya negatif.
Adanya kejadian tersebut dan meningkatnya jumlah kasus harian Covid-19 di Indonesia 20 ribu kasus per hari serta munculnya varian-varian yang baru menunjukkan, uji Covid-19 dengan metoda yang dianggap paling baik sekalipun ternyata memungkinkan terjadinya kesalahan.
Berkaca pada hal tersebut, kata Suryadi, perlu dilakukan evaluasi terhadap penggunaan berbagai alat pendeteksi Covid-19 sebagai syarat perjalanan, dimana peralatan tersebut menggunakan beberapa metoda yang berbeda dalam mendeteksi Covid-19.
Beberapa pakar kesehatan sudah sejak lama meminta Pemerintah untuk mengevaluasi penggunaan peralatan pendeteksi Covid-19 tersebut sebagai syarat perjalanan. Sebagaimana diketahui, terdapat beberapa metoda pendeteksian Covid-19.
Misalnya penggunaan alat swab dengan metoda tes Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah pemeriksaan molekular yang dilakukan dengan metode amplifikasi atau memperbanyak materi genetik virus atau bakteri. Alat dan metoda ini dapat mendeteksi keberadaan virus dalam tubuh manusia secara langsung.
Selain metoda tes PCR, ada pula metoda lain yang tidak mendeteksi secara langsung keberadaan virus dalam. Namun, dapat mengindikasikan adanya virus, yaitu dengan cara mendeteksi pola senyawa VoC atau Volatile Organic Compound dalam embusan napas manusia.
Dari pola VoC itu diharapkan dapat mengindikasikan ada atau tidaknya virus dalam tubuh seseorang. Karena metodanya yang tidak langsung dalam mendeteksi Covid-19 itu. dibutuhkan data yang sangat banyak untuk menguji keakurasian alat ini.
Dengan kondisi adaptasi kebiasaan baru, tingkat perjalanan orang semakin meningkat, sehingga tersedia data yang cukup banyak pula melalui hasil tes orang-orang yang melakukan perjalanan tersebut.
Pemerintah sebagai pihak yang memperbolehkan penggunaan berbagai macam metoda pendeteksi Covid-19 seharusnya memanfaatkan data-data tersebut untuk memastikan tingkat keakurasian masing-masing alat dan metoda.
Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini dan munculnya varian Covid-19 baru, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI berpendapat bahwa evaluasi berbagai alat pendeteksi Covid-19 sebagai syarat perjalanan semakin urgen untuk dilakukan.
Fraksi PKS DPR RI, kata Suryadi, juga berpendapat disaat seperti ini selain memperketat persyaratan perjalanan, sebaiknya Pemerintah menggunakan standard screening atau tes diagnosis yang sudah disetujui WHO saja, guna menghindari meluasnya penyebaran Covid-19. (akhir)