oleh: Mohammad Yusuf S.Pd
SURABAYA-beritalima.com|
Tak banyak orang tahu dan mengenal nama Syekh Subakir. Padahal Syekh Subakir adalah salah seorang ulama Wali Songo periode pertama yang dikirim khalifah dari Kesultanan Turki Utsmaniyah Sultan Muhammad I untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Nusantara.
Syekh Subakir konon adalah seorang ulama besar yang telah menumbal tanah Jawa dari pengaruh negatif makhluk halus saat awal penyebaran ajaran Islam di nusantara.
Kisahnya dimulai saat Sultan Muhammad I, bermimpi mendapat wangsit untuk menyebarkan dakwah Islam ke tanah Jawa.
Adapun mubalighnya diharuskan berjumlah sembilan orang. Jika ada yang pulang atau wafat maka akan digantikan oleh ulama lain asal tetap berjumlah sembilan.
Sehingga dikumpulkanlah beberapa ulama terkemuka dari seluruh dunia Islam waktu itu. Para ulama yang dikumpulkan tersebut mempunyai keahlian masing-masing. Ada yang ahli tata negara, berdakwah, pengobatan, tumbal atau rukyah, dan lain-lain.
Lalu dikirimlah beberapa ulama ke Nusantara atau tanah Jawa. Namun sudah beberapa kali utusan dari Kesultanan Turki Utsmaniyah yang datang ke tanah Jawa, untuk menyebarkan agama Islam tapi pada umumnya mengalami kegagalan.
Penyebabnya masyarakat Jawa saat itu sangat memegang teguh kepercayaannya. Sehingga para ulama yang dikirim mendapatkan halangan karena meskipun berkembang tetapi ajaran Agama Islam hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas.
Selain itu konon, Pulau Jawa saat itu masih merupakan hutan belantara angker yang dipenuhi makhluk halus dan jin-jin jahat.
Lalu diutuslah Syekh Subakir ulama asal Persia yang ahli dalam merukyah, ekologi, meteorologi dan geofisika ke tanah Jawa.
Beliau diutus secara khusus menangani masalah-masalah gaib dan spiritual yang dinilai telah menjadi penghalang diterimanya Islam oleh masyarakat Jawa ketika itu.
Berdasarkan Babad Tanah Jawa, setelah sampai ke nusantara, Syekh Subakir yang menguasai ilmu gaib dan dapat menerawang makhluk halus mengetahui penyebab utama kegagalan para ulama pendahulu dalam menyebarkan ajaran Islam karena dihalangi para jin dan dedemit penunggu tanah Jawa.
Para jin, dedemit dan lelembut tersebut bisa merubah wujud menjadi ombak besar yang mampu menenggelamkan kapal berikut penumpangnya dan menjadi angin puting beliung yang mampu memporakporandakan apa saja yang berada di depannya.
Tembang Syekh Subakir Pengusir Jin Prayangan di Dalam Tubuh Bayi oleh Ulul Rosyad
Syekh Subakir adalah seorang ulama dari Yaman pada masa dulu negeri itu disebut rum, beliau sangat berjasa membebaskan tanah Jawa dari pengaruh-pengaruh kekuatan mistik yang dikuasai oleh segerombolan jin prayangan, gendruwo, kuntilanak, dan sebangsanya baik di darat, pegunungan maupun lautan, yang pada waktu itu kepercayaan manusianya sangat primitif dan tidak tersentuh oleh agama Islam agama yang menyembah satu Tuhan yaitu Allah swt, sehingga kekuatan-kekuatan khodam menjadi penguasa di pulau Jawa tersebut yang banyak manusianya menjadi hamba makhluk-makhluk tersesat tersebut.
Namun, dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas bagaimana ekspedisi Syekh subakir dari negeri Rum ke pulau Jawa, namun lebih kepada membahas tembang ‘KINANTI’ yaitu tembang yang ditunggu-tunggu dalam menentramkan atau menenangkan bayi menangis yang baru lahir atau bayi-bayi yang sudah melalmpaui kelahirannya yang juga ketempelan makhluk-makhluk halus yang tersesat kedalam tubuhnya.
Tembang ini merupakan tembang semacam matera atau do’a yang tentu saja ada kekuatan spiritual (kekuatan mendekat kepada Allah) dari syekh Subakir dalam yang ditujukan kepada bayi yang baru lahir atau bayi yang masih rewel terhadap adaptasi jiwanya untuk menenpati alam barunya yaitu dunia yang fana ini.
Ada pertannyaan datar yang mungkin terkadang jauh dari lintasan alam pikir kita. Kenapa bayi menangis…?
Seakan ada rasa penyesalan dalam jiwa bayi dalam menempati hidup barunya didunia sehingga bayi yang rewel itu menangis terus. Orang tua yang bijak adalah orang tua yang bisa meyakinkan jiwa si jabang bayi yang dalam lindungan dan ketenangan dengannya dimana orang tua tersebut harus mempunyai kelebihan kekuatan spiritual yang ada pada dirinya, artinya sebagai orang tua si jabang bayi sebelum kelahirannya harus mempersiapkan spiritualnya untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Karena pada waktu itu di tanah Jawa manusianya banyak mempercayai makhluk-makhluk yang tersesat maka kekuatan gaib yang ada pada dirinya sanagat lemah dan syekh Subakir dalam kunjungannya telah melahirkan sebuah sastra yang sangat indah sekaligus sebagai kekuatan doa atau mantera yang ditujukan pada bayi-bayi di pulau Jawa itu yang sedang menangis karena kebanyakan dari mereka ketempelan makhluk halus yang tersesat (Jawa; sawan) akibat kepercayaan orang tuanya sendiri.
Adapun karya sastra Syekh subakir dalam tembang ‘KINANTI’ tersebut adalah sebagai berikut:
Kinanti
(pitik tukung)
Pitik tulak pitik tukung
Angedohono cacing recek
Si tukung magung ning
Ngarso
Ono kinjeng nangis mabur
Mireng tangise si jabang bayi
Manyuwuk dateng kang
Abang
Jabang bayi puniko
Rinekso ing malaikat
Pinayungan ing hyang sukma
Tetlake jabang bayi
Seraban sawan pan sumingkir
Tinulak baliyo margi ing
Margi
Aminclok ing sela ardi
Si kinjeng mudun teko marani
Cep menengo jabang bayi
Kekasihe Hyang Widi
Den emong ing widodari
Kinebutan ing para nabi
terjemahan bait ke I
ayam tukung, ayam sebagai penolak yaitu ayam yang ekornya buntung, penolaknya anak bayi. Jauhilah cacing recek, penyakit sawan atau penganggu akan pergi.
Penjelasannya sebagai berikut; ayam tukung maksudnya ayam yang tidak punya ekor/buntung yang dijadikan tumbal sebagai pengganti si bayi yang terkena sawan atau ketempelan makhuk halus yang mengotori kesucian si jabang bayi kotornya seperti cacing recek hina dan menjijikkan (jin prayangan,genderuwo, kuntilanak dab sebagainya)
Untuk anak muda sekarang pastilah akan timbul pertannyaan, “Lho kok ayam dijadikan sesembahan kepada makhluk-makhluk halus….?”
“mungkin’ barangkali pembaca bertanya apakah ini tidak syirik atau musrik dalam kepercayaan agama Islam…? Untuk memperjelas hal ini mari kita renungkan dalam pikiran yang jernih dengan hati yang tenang serta bijaksana.
Kenapa ada pengganti tumbal…?
Didalam ajaran Islam istilah tumbal memang tidak ada, tapi yag perlu menjadi kebijaksanaan kita sebagai umat Islam bahwa kita hidup di tanah Jawa yang tidak lepas juga oleh penunggu-penunggu makhluk halus yang tersesat tersebut tersebut sebagai ciptaan Allah juga, tetapi karena mahkluk halus itu mengganggu kedamaian manusia di tanah Jawa waktu itu Syekh Subakir dengan karomah yang dimilikinya dalam mendekatkan diri kepada Allah beliau telah mendapatkan petunjuk bahwa beliau memberikan tumbl plus do’a/mantera tersebut kepada makhluk halus agar menyingkir dari pengaruh jahatnya kepada di jabang bayi yang selalu menangis itu. Bukankah petunjuk Allah lebih Haq atau Mutlak daripada keyakinan orang yang sebatas pada keyakinan meraba-raba saja….?
Sedangakan menurut Syari’at mungkin tumbal itu tidaka ada dalam ajaran Islam, tetapi yang perlu direnungi dalam kisah nabi Musa as bahwa tongkat bisa berubah menjadi ular yang mengalahkan tukang sihirnya Raja Fir’aun apakah itu peristiwa nyata atau secara lahiriah….? Kalau kita bersama berfikir secara nalar yang jernih bahwa semuanya itu adalah “peristiwa gaib” yang menjadi kekuatan nabi Musa as atas petunjuk Allah swt untuk mengalahkan tukang sihir dan tukang-tukang tenung itu. Begitu juga dengan syekh Subakir meskipun beliau telah memberikan tumbal kepada makhluk halus yang tersesat itu sebenarnya bukan tumbalnya yang dapat mengusir jin prayangan dan sebangsanya tetapi kekuatan pendekatan diri kepada-Nya itulah yang menjadi kekuatan Syekh Subakir untuk mengusir makhluk halus tersebut serta do’a atau mantera yang diciptakan menjadi kekuatan tersendiri.
Tumbal adalah medianya atau sarananya saja ibarat seperangkat radio tumbal itu adalah tempatnya (klongsongannya, jawa). Do’a (mantera, jawa) diibaratkan suaranya yang dapat didengar oleh orang lain agar dapat menusuk jiwa dalam hal ini jiwanya mahkluk halus yang tersesat itu untuk menyadarkan kekeliruannya terhadap apa yang mereka perbuat. Lalu darimana suara itu berbunyi agar dapat didengar oleh makhluk halus yang tersesat tersebut…? Tentu saja ada baterainya dan dalam baterai ada kekuatan listrik yang dapat memberi suara pada radio tersebut dalam hal ini adalah kekuatan gaib yang dapat menyambung pada kekauatan Yang Maha gaib, yaitu Allah SWT…
Saya rasa tulisan yang singkat ini sedikit banyak menyibak terang tujuan Syekh Subakir yang pada hakikatnya bukan mengusir makhluk halus tersebut kepada si jabang bayi yang kena ‘sawan’ itu, tetapi memberi pengertian jiwa makhluk halus yang tersesat tersebut bahwa apa yang dilakukan adalah salah dan mengingatkan jiwanya bahwa tersesat didalam tubuh jabang bayi. Bahkan Syekh Subakir telah memberi kekuatan jiwa pada makhluk halus yang tersesat itu untuk kembali kepada Hyang Widi dalam hal ini adalah Tuhan memberi kekuatan Syekh Subakir untuk memberi jalan kepada makhluk halus pergi atau kembali kepada-Nya..