YOGJAKARTA, beritalima.com- Dalam tatanan pergaulan, dari sejak dulu etika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam interaksi dan komunikasi, seiring dengan perkembangan zaman dan berjalanya waktu maka sikap dan tata etika juga berkembang sedemikian rupa, akan tetapi ada batasan yang tidak bisa kita lupakan karena akan menjadi bagian dari pergaulan baik secara lokal maupun International.
Dari sisi lokal maka kita tidak bisa lepas dari etika ketimuran dan budaya adiluhung yang menjadi dasar dari perilaku kehidupan bermasyarakat di Nusantara.
Dalam tataran Internasional maka kitapun tentunya harus terus mengembangkan pengetahuan tentang tata cara yang berlaku secara Internatioanl terutama yang berhubungan dengan interaksi dalam tata krama termasuk dalam perjamuan makan yang sudah menjadi bagian penting.
Untuk mewujudkan kesempurnaan dan keseimbangan dalam semua wacana ini maka perlu belajar dan mengali pengetahuan dari sumber-sumber yang mumpuni dalam bidanag bidang ini.
Masyarakat adat Nusantara, dan organisasi sayapnya Srikandi Matra dan Matra Academy, dengan dasar adat, budaya dan Internationalisasi dengan didukung oleh The Phoenix Hotel yang merupakan bagian dari Accor International, mewujudkan keinginan untuk ambil bagian dalam menjadikan pengetahuan serta dikombinasikan dengan etika dan budaya menjadi bagian yang tidak terpisahkan satu sama lainnya.
Dalam sambutan pembukaan kegiatan yang di sampaikan oleh GRAy Retno Setyobomo Savitri Kusumoputri Warsitonagoro,SH,MM,MBA Aviation atau biasa di sapa Gusti Putri, bahwa etika dan budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan, dan harus bangga dengan budaya Nusantara.
Hal ini juga diakoni Gusti Putri selama lebih dari 15 tahun menetap di negeri Paman Sam. Ia tidak pernah melupakan yang namanya akar budaya dan terus menjadi focal point untuk melestarikan budaya Nusantara di Amerika.
Sesi pertama The Phoenix Hotel dengan team terlatih memberikan pemaparan tentang tata cara jamuan makan, cara menggunakan peralatan dan sikap-sikap saat mengikuti acara jamuan makan baik itu sarapan pagi, makan siang dan makan malam serta tea time (UK style).
Saat ini masih banyak yang kurang tepat dalam menggunakan peralatan makan, termasuk memulai dan menutup acara jamuan.
Pertemuan tambahan yang didapat oleh peserta yang berjumlah sekitar 65 orang adalah bagaimana menata ruangan kamar yang menjadi bagian penting dalam kehidupan semua.
Selain itu, para peserta yang berasal dari berbagai kalangan dan komunitas budaya, kalanagn akademisi, kalangan penggiat budaya juga mendapat pengetahuan etika protokoler International yang dipaparkan oleh KPT Johan Mulyadi, yang merupakan diplomat carier senior dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di dunia diplomatik.
“Segala sesutu yag terkait dengan protokoler terutama dalam kalangan International, baik yang merupakan kebiasaan yang umum atau khusus yang kadang kala sering terlupakan,” ucapnya.
Pada sesi terakhir, dan merupakan sesi kunci dengan tampilnya Bunda Gusti Anglingkusumo, yang juga merupakan pengiat budaya kondang di Jogyakarta, dan juga dengan segala prestasi tingkat nasional, peserta dapat memahami yang namanya royal etiket. Mulai tutur kata, sikap dan cara berpakaian yang benar dan tepat. Tata busana Jawa lengkap juga merupakan bagian dalam laku di masyarakat luas, terutama di kalangan ningrat yang masih memegang teguh pakem dan tata kromo.
Dalam keseharian seperti dipaparkan oleh Bunda SM Anglingkusumo, tata bahasa sangat penting karena merupakan media komunikasi, bahasa sebagai wadah budaya, bahasa sebagai citra perilaku, bahasa sebagai kebanggan sosial.
Budi pekerti Jawa sebagai salah satu contoh, bahasa Jawa (tingkatan bahasa, sikap berbahasa peribahasa Jawa ,naskah sastra para pujangga (PB IV Ronggowarsito dan lainnya), cerita rakyat (lisan, syair , lagu), sastra Jawa modern (geguritan, novel, cerpen),seni pertunjukan (wayang, drama, ketoprak, karawitan), merupakan karya pendahulu yang harus tetap dipertahankan.
Yang menjadi unik dalam acara ini, semua perserta menggunakan busana nusantara dari berbagai daerah di Indonesia. Menjadikan acara ini semakin unik dan penuh dengan dinamika kekerabatan.
Selingan acara yang juga di hadiri oleh Pangeran Mahkota Paku Alam IX Al haj, RM. SM. Syailendra Satria Sularso Narendra, juga diserahkan sepucuk keris pusaka oleh KPP H.Ferryzhal Utama Suryowibowo, kepada Eddy Hermanto, dari Mini Gold Corporation. Yang mana Matra berkerja sama dengan Mini Gold untuk menerbitkan LM Coin Matra.
MATRA ,seperti yang disampaikan secara terpisah oleh Ketua Umum, KPH Wiroyudho, merupakan organisasi dengan basis adat dan budaya di nusantara serta memiliki perwakilan di beberapa negara lain. Juga konsisten dengan menjadikan budaya sebagai bagian dari ketahanan nasional Indonesia dan bertujuan mengangkat citra Indonesia dan karya adiluhung para leluhur sebagai asset bangsa. Juga menjadi bagian bhakti dan MATRA akan terus berbuat yang terbaik termasuk untuk kemanusian dan perdamaian dunia. (*).