JAKARTA, Beritalima.com– Keputusan bersama empat Kementerian yang diumumkan Menteri Pendidikan&Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim pertengahan bulan lalu, hanya daerah di zona hijau yang boleh melakukan pembelajaran tatap muka.
Dan, itu juga dengan protokol sangat ketat. Itu berarti memasuki tahun ajaran baru kali ini, sebagian besar sekolah masih memberlakukan Pelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena hanya sebagian kecil daerah di tanah air yang berada dalam zona hijau.
Terkait dengan masalah itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dr Hj Hetifah Sjaifudian mengatakan, Tahun Ajaran baru kali ini berbeda dibandingkan sebelumnya. Persiapan dan targetnya juga berbeda. Jangan disamakan seperti saat kita dalam keadaan normal.
Dalam keterangan pers yang disampaikan kepada Beritalima,com, Senin (13/7), Hetifah mencontohkan, dalam penerapan kompetensi dasar siswa, tidak semuanya perlu dikejar. “Guru sebaiknya memilah mana kompetensi harus dicapai siswa dan mana yang dikesampingkan. Jangan membebani siswa dan orangtua dengan target sulit dicapai. Kemendikbud saya harap segera meluncurkan kurikulum darurat agar guru memiliki acuan sama dalam pemangkasan itu,” kata Hetifah.
Politisi senior Partai Golkar ini berharap, sekolah lebih siap melaksanakan PJJ dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. “Beberapa bulan ini kita sudah beradaptasi. Contohnya penggunaan teknologi. Saya harap sekolah dan guru mulai menggunakan platform pembelajaran yang ada, karena berdasarkan survei, banyak yang belum digunakan. Padahal itu sangat bermanfaat dan membantu proses pembelajaran.”
Yang punya peran sentral dalam menyukseskan PJJ ini adalah orangtua. Kepada mereka, Hetifah memberikan semangat. “Saya tahu ini masa yang sulit. Saya harap ini tidak menjadi beban mental untuk mencapai target. Kesehatan fisik maupun psikologis orangtua dan anak di masa sulit ini paling utama,” ucap dia.
Wakil rakyat dari Dapil Provinsi Kalimantan Timur ini menambahkan, jika ada kesulitan dihadapi orangtua dalam PJJ, sebaiknya dikomunikasikan dengan pihak sekolah.
“Komunikasi antar guru dan orangtua murid harus ditingkatkan, agar guru dapat mengerti bagaimana keadaan orangtua di rumah, karena keadaan setiap keluarga berbeda. Bisa ada kebijakan khusus dari sekolah bagi keluarga-keluarga yang memang membutuhkan,” demikian Dr Hj Hetifah Sjaifudian. (akhir)