Catatan: Yousri Nur Raja Agam MH
TAHUN Baru China 2020 ini disebut juga Tahun Baru Imlek 2751 yang jatuh pada Hari Sabtu, 25 Januari 2020. Di Indonesia, penanggalan resmi, tahun baru Imlek dinyatakan sebagai hari libur atau tanggal “merah”. Pemerintah Republik Indonesia, memberikan keistimewaan untuk meliburkan Hari Raya Imlek ini.
Apabila kita simak astrologi China, tahun Imlek 2020 atau 2751 ini merupakan tahun dengan shio “tikus logam”. Tahun ini diramalkan ada gambaran air yang besar, seperti hujan hingga menyebabkan banjir. Jika diruntut kajian tentang tahun tikus logam itu. Tikus di China adalah binatang yang berasal dari wilayah utara. Kawasan utara China, identik dengan elemen air.
Beberapa bacaan tentang tikus logam yang dikaitkan dengan dunia air, maka tidaklah mengherankan kalau di awal tahun 2020 yang juga awal tahun Imlek 2751, beberapa daerah dilanda hujan lebat dan bahkan banjir. Termasuk, banjir di Jakarta dan sekitarnya, maupun daerah lain di Indonesia.
Kendati demikian, masyarakat China dan keturunan China di muka bumi ini, ternyata ada yang menghubungkan air itu dengan rezeki. Air mengandung “logam” di tahun bershio “tikus” ini bernuansa kekayaan atau uang. Hujan adalah masa bahagia di awal tahun Imlek, yang juga awal musim tanam bagi petani.
Ada yang menilai hewan pengerat dimaknai sebagai simbol kecerdasan. Tikus juga dikenal sebagai hewan yang aktif, bereproduksi dan dianggap sebagai simbol kesuburan. Bahkan, tikus logam juga diyakini sebagai momen luar biasa untuk mendirikan usaha dan bisnis untuk investasi jangka panjang.
Imlek ini sejak hari pertama hingga hari ke 15 di saat bulan purnama, diramaikan masyarakat Tionghoa dengan perayaan Cap Go Meh. Ini disebut juga hari suci oleh umat Khong hucu.
Sejak zaman Pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur, Khonghucu “diakui” sebagai salah satu agama di Indonesia. Maka, Matakin (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia), sertamerta pula mengaitkan Imlek sebagai bagian dari kegiatan agama Khonghucu. Walaupun, sebagian masyarakat Tionghoa menyatakan, aktivitas di awal tahun Imlek, merupakan “budaya leluhur” yang disesuaikan dengan adat istiadat.
Namun, di daratan Tiongkok, para ahli berbeda pendapat. Mereka tidak menyebut Khonghucu sebagai agama. Itu hanya merupakan “sekte” dari umat Budha. Dengan demikian, Imlek bukan merupakan perayaan agama tertentu saja. Orang Tionghoa yang merayakannya sangat beragam, sebab punya berbagai keyakinan.
Kita lihat di Indonesia. Ada semangat kebhinekaan yang sebenarnya mengakar dalam budaya bangsa ini. Dulu ada larangan merayakan Tahun Baru Imlek. Dengan Inpres Nomor 14 Tahun 1967, Pemerintahan Orde Baru, melarang apa pun yang bernuansa Tionghoa, termasuk Imlek.
Sejak Gus Dur, mengeluarkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000 tanggal 17 Januari 2000 yang berisi pencabutan Inpres Nomor 14 Tahun 1967, maka Imlek pun bebas dirayakan. Presiden Megawati Soekarnoputri, kemudian menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional mulai 2003.
Pengakuan atas keragaman anak bangsa makin kuat dengan terbitkannya Undang-Undang Kewarganegaraan Nomor 12 Tahun 2006 yang tidak menyebut warga negara dalam kategori asli atau bukan. Tidak hanya itu, era reformasi ini Pemerintahannya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Negara makin membumikan apa itu Bhinneka Tunggal Ika sesuai nilai luhur Pancasila.
Kegiatan penyatuan asal-usul warganegara, disebut “pembauran” antar suku, etnis dan ras. Demikian pula dengan mendeklarasikan kerukunan antarumat beragama dan kepercyaan.
Untuk mewujudkan kebhinnekaan itu, Pemerintah membentuk Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di seluruh penjuru Nusantara.
Ada yang menarik dari peringatan Imlek 2751 pada 25 Januari 2020 ini, yaitu perayaan Festival Lentera. Pesta kembang api dan parade barongsai di berbagai negara. Dari berbagai penjuru terpancar nuansa ucapan selamat tahun baru Imlek, berbunyi: “Gong Xi Fa Cai”. Kecuali itu ada pula yang menyampaikan: “Xin Nian Kuai Le”. Artinya, mengucapkan “Selamat Tahun Baru”.
Virus Corona
Namun, suasana Tahun baru Imlek 2571 ini, ternoda oleh berita yang meresahkan. Seiring dengan merebaknya kasus “Virus Corona”. Nah, apa hubungannya dengan tikus logam?
Memang tidak ada hubungannya. Hanya secara kebetulan. Di saat memasuki tahun baru Imlek 2751 ini, ada peristiwa yang berawal dari “virus Corona” yang terjadi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Akhir minggu ini, hampir 500 orang yang terserang wabah “mematikan” itu. Bahkan, dampaknya sudah tersebar ke berbagai wilayah.
Virus Corona ini ternyata berkembang dari pasar ikan dan yang berhubungan dengan binatang laut. Selai itu juga di daging mentah dan setengah matang. Sehingga penularan dan berkembangnya virus Corona berawal dari aktivitas di pantai.
Akibatnya ada kekhawatiran, bagi yang akan melakukan perjalanan ke wilayah terdampak itu untuk waspada dan menghidari. Bahkan, sebaliknya tentu kita di berbagai daerah di Indonesia, yang kedatangan wisatawan dari China atau warga yang pulang ke Indonesia, perlu dideteksi sejak awal mereka mendarat di bandara atau pelabuhan. Selain itu, juga perlu diamati makanan dan barang impor yang mungkin terindikasi.
Walaupun ada di antara kita yang khawatir terhadap “virus Corona”, dengan semangat kebersamaan dengan nuansa kebhinnekaan, tetap kita ucapkan: “Gong Xi Fa Cai dan Xin Nian Kuai Le”.