JAKARTA, Beritalima.com– Sebagai partai besar dan berpengalaman dalam kancah perpolitikan nasional, Partai Golkar berpeluang mengusung Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum 2020-2025 pada Pilpres 2024.
Bahkan politisi senior partai Pohon Beringin, Firman Soebagyo yang juga Ketua DPP Partai Golkar mendukung penuh dan Airlangga bakal diusung partai ini sebagai calon presiden pada pemilu mendatang.
Penegasan Firman itu sejalan dengan hasil Munas Partai Golkar 2019 yang salah satunya menyatakan, Partai Golkar mengusung kader terbaiknya menjadi calon presiden pada pilpres 2024.
Ya, sebagai Ketua Umum tentu Airlangga dapat dikatakan salah satu kader Golkar terbaik. Namun, Airlangga sebagai Ketua Umum, dinilai hanya populer di kalangan elit partainya saja. Dia tidak mengakar di akar rumput.
“Jadi, bisa saja suara elit Golkar ngotot mendorong Airlangga sebagai calon presiden, tetapi hal itu tidak tercermin pada kader partai itu di akar rumput,” ungkap pengamat politik Muhammad Jamiluddin Ritonga ketika bincang-bincang dengan Beritalima.com di Jakarta, Senin (7/6).
Popularitas Airlangga di internal Partai Golkar juga bersaing ketat dengan Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang saat ini menjabat Ketua MPR RI. Malah bila dilakukan survei di internal partai, bisa jadi dukungan terhadap Bamsoet lebih baik daripada Airlangga.
Prestasi Airlangga di pemerintahan, kata pengajar Universitas Esa Unggul Jakarta tersebut, juga biasa-biasa saja. Hal itu terlihat saat Airlangga menjadi Menteri Perindustrian pada Kabinet Kerja dan sekarang sebagai Menko Koordinator bidang Perekonomian di Kabinet Indonesia Maju (KIM).
“Kalau prestasi Airlangga moncer di pemerintahan, dipastikan elektabilitas dia akan tinggi. Nyatanya, elektabilitas Airlangga sangat rendah. Survei Parameter Politik Indonesia 23-28 Mei 2021 memperlihatkan elektabilitas Airlangga jeblok, hanya 0,4 persen,” kata pengajar Isu dan Krisis Manajemen, Metode Penelitian Komunikasi, Riset Kehumasan
Jadi, kalau Airlangga berprestasi di pemerintahan, lanjut pria yang akrab disapa Jamil tersebut, tentu mustahil elektabilitasnya hanya 0,4 persen. Ini mengindikadikan, elektabilitas Airlangga memang sulit didongkrak.
Melihat tren elektabilitas Airlangga selama ini, kiranya sulit bagi Golkar untuk menaikkan elektabilitasnya. Apalagi kalau berharap elektabilitas Airlangga sejajar dengan Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Jadi, kapasitas Airlangga tampaknya lebih pas untuk cawapres. Realitas politik inilah yang harus disadari elite Golkar. Kalau tetap memaksakan diri untuk menjadikan capres, dikhawatirkan partai lain akan enggan berkoalisi dengan Golkar,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)