JAKARTA, Beritalima.com– Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri diangkat menjadi Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pengangkatan Mega itu menimbulkan kontroversial di tengah masyarakat.
Banyak akademisi menyayangkan Keputusan Presiden Jokowi yang mengangkat Mega sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN. Para akademisi menilai, latar belakang Mega tidak cocok menduduki posisi tersebut.
“Penilaian akademisi tersebut sangat masuk akal. Karena latar belakang Mega memang tidak berkaitan dengan dunia sains,” kata pengamat politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, Muhammad Jamiluddin Ritonga ketika bincang-bincang dengan Beritalima.com, Rabu (5/5) petang.
Selama ini, lanjut pria yang akrab disapa Jamil itu, Mega hanya dikenal sebagai politisi yang menjadi ketua umum partai dan sempat menjadi presiden menggantikan Gus Dur yang saat itu diturunkan MPR RI melalui Sidang Istimewa.
“Juga patut disayangkan kenapa Mega mau menerima tawaran tersebut. Sebab, sebagai sosok yang pernah menjadi presiden, idealnya posisi tersebut bukanlah jabatan yang menarik buat seorang mantan presiden,” kata pengajar Isu dan Krisis Manajemen, Metode Penelitian Komunikasi
dan Riset Kehumasan tersebut.
Selain itu, lanjut dia, sulit membayangkan Mega dapat mengarahkan para ilmuwan yang menjadi peneliti dan penemu inovasi di BRIN. Selain punya kepakaran khusus yang mumpuni, mereka juga bekerja dalam kesenyapan.
“Sungguh ironis orang-orang sekaliber mereka diarahkan orang yang tak pernah berkiprah di dunia riset dan inovasi,” kata Jamil, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Institut Ilmu Sosial Ilmu PoIlk (Fikom IISIP) Jakarta 1996-1999
Jadi, lanjut Jamil, BRIN bukanlah dunia Mega. Karena itu, tak selayaknya ia menerima posisi strategis tersebut. “Berikanlah posisi tersebut kepada ilmuwan Indonesia yang tersebar di berbagai Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian. “Mereka inilah yang berkompeten menduduki posisi tersebut,” kata dia.
Mega sebaiknya, kata Jamin, cukup menjadi negarawan, seperti yang diperankan Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, dan Tri Sutrisno. “Posisi ini jauh lebih terhormat daripada jabatan ketua Dewan Pengarah BRIN. Biarlah para ilmuwan membesarkan BRIN melalui hasil riset dan inovasinya untuk kebanggaan negeri tercinta,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)