“Hasil uji laboratorium sementara memang ada yang terindikasi mengandung bahan pengawat dan borak,” kata Kepala BPOM Jawa Timur, I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa.
Ia mengatakan, beberapa sampel makanan dan takjil diamankan mulai
dari cireng, bakso, mie, dan beberapa takjil lainnya. Hasilnya, ada takjil yang terindikasi mengandung boraks dan formalin.
Sidak ini dilakukan setiap tahun pada bulan puasa Ramadhan dengan tujuan ingin memastikan bahan pokok yang beredar dan makanan berupa takjil bebas dari bahan yang berbahaya.
Dari hasil sidak di beberapa tempat di Surabaya, temuan dominan adalah makanan kedaluwarsa, mengandung formalin dan boraks.
Menurutnya, makanan kedaluwarsa merupakan bentuk ketidakdisiplinan dari produsen. Mestinya, di setiap kemasan makanan disertai tanggal kedaluwarsa. Makanan kedaluwarsa ini bila dimakan bisa menyebabkan penyakit berkelanjutan.
Mengenai makanan yang mengandung borak, jelasnya, ditemukan di krupuk pangsit mie. BPOM langsung melakukan tindakan tegas berupa penyitaan terhadap makanan yang mengandung boraks atau formalin.
Sedangkan bagi pedagangnya dilakukan pembinaan agar tahu bahwa barang yang mengandung penyakit tidak boleh beredar atau dijual di tengah-tengah masyarakat.
“Barang yang kita sita akan dipastikan dulu. Kalau memang terbukti kita akan beri sanksi berupa teguran kepada pedagang,” katanya.
Menurutnya, dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi tren penurunan jumlah makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya. Tren positif ini terjadi karena pengetahuan pedagang mulai bertambah bagus.
Kabid Kewaspadaan Pangan Badan Ketahanan Pangan Jatim, Lena Wahyu, menambahkan, hasil temuan sementara krupuk pangsit mengandung formalin. Makanan tersebut sudah disita. Selanjutnya akan terus dilakukan uji laboratorium selama empat kali. Jika positif berbahaya, penjual makanan itu akan dipanggil untuk mengikuti pembinaan. (Ganefo)