PONOROGO, beritalima.com- Tim peneliti dari Badan Geologi Kementrian ESDM, menyarankan kepada warga Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, Ponorogo, Jawa Timur, yang daerahnya mengalami tanah retak, dihimbau tidak membangun rumah permanen atau yang terbuat dari batu bata. Saran ini untuk menghindari agar rumah warga tidak mengalami kerusakan jika terjadi keretakan tanah yang lebih parah.
“Saran ini diberikan oleh tim peneliti Badan Geologi dari Kementerian ESDM yang melakukan identifikasi lokasi beberapa waktu lalu. Sebenarnya cukup aman di sini. Tapi tetap disarankan membuat rumah dari kayu atau bambu saja kalau mau membangun lagi. Selain itu, saran dari tim geologi, warga belum perlu direlokasi atau mengungsi ke tempat lain,” terang Sekdes Tugurejo, Narno, kepada wartawan, Selasa 26 April 2016.
Menurutnya lagi, tim menyatakan pergerakan tanah terhitung lambat. Bahkan saat hujan, hanya sekitar 1 cm per hari. Juga bukan merupakan longsor. Juga tidak sampai membuat bangunan yang ada menjadi roboh seperti pada tanah retak yang terjadi pada akhir 2013 dan awal 2014 lalu.
Dari identifikasi, diketahui rekahan terjadi pada radius sekitar 300 meter sampai 500 meter. Retakan melingkar dengan panjang dari ujung ke ujung mencapai sekitar satu kilometer. Yaitu pada punggung bukit tempat pemukiman warga yang menghadap ke tenggara. Retakan ada yang berada di tanah yang merupakan pemukiman, ada pula yang berada di kebun dan bagian sungai di bawah bukit.
Saat ini di Desa Tugurejo, memang ada 10 rumah yang sudah mengalami retak cukup parah. Rumah-rumah tersebut bahkan telah mirip terbelah. Di kawasan tersebut terdapat 38 KK di RT 2 RW 3 dengan 111 jiwa dan satu KK di RT 1 RW 3 dengan 5 jiwa yang terkena dampak.
“Ini katanya tim ahli, hanya terjadi di musim hujan. Begitu masuk kemarau mungkin sudah berhenti,” pungkasnya. (Dibyo)