Tanggal Keramat “20 Oktober” Untuk Presiden RI dan Golkar

  • Whatsapp

Catatan: Yousri Nur Raja Agam  MH 

HARI INI, tanggal 20 Oktober 2020, adalah hari bersejarah bagi Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Sebab, tepat hari ini, enam tahun Jokowi menduduki jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia. Dua periode Jokowi menjadi Kepala Negara Republik Indonesia. Masa jabatan pertama dimulai 20 Oktober 2014. Jokowi berpasangan dengan Muhammad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden. Saat ini, untuk masa jabatan ke dua, Jokowi dilantik menjadi Presiden tanggal 20 Oktober 2019 dengan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin.


Tanggal 20 Oktober boleh dikatakan merupakan tanggal “keramat” bagi Jokowi. Demikian pula oleh presiden-presiden, sejak diberlakukannya Pilpres (Pemilihan Presiden) secara langsung, setelah Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Hasil Pemilu Presiden 1999, Presiden Abdurrahman Wahid yang berpasangan dengan Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri, dilantik tanggal 20 Oktober 1999. Masa jabatan pasangan Presiden ini, lima tahun, berarti sampai tanggal 20 Oktober 2004. Namun Gus Dur – panggilan akrab Abdurrahman Wahid – dimakzulkan dalam sidang MPR RI tanggal 23 Juli 2001. Masa jabatan tersisa, diteruskan oleh Wapres Megawati. Dengan adanya, jabatan Wapres yang lowong, terpilihlah Hamzah Haz sebagai Wapres melalui sidang MPR. Jabatan Megawati-Hamzah Haz, berakhir 20 Oktober 2004.


Nah, tanggal 20 Oktober 2004, kemudian menjadi “tanggal keramat”  pula bagi Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) yang berpasangan dengan Wapres Muhammad Jusuf Kalla (JK). Masa jabatan SBY-JK berakhir tanggal 20 Oktober 2009. Dan pada hari yang sama, sebagai pemenang Pilpres untuk kedua kalinya, SBY kembali dilantik menjadi Presiden yang Wapresnya Budiono. Masa jabatan SBY-Budiono, berakhir 20 Oktober 2014.
Pilpres 2014, dimenangkan Joko Widodo (Jokowi) yang berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK). Pasangan Jokowi-JK memulai jabatan tanggal 20 Oktober 2014 untuk masabakti 2014-2019. Sama dengan model SBY, pada Pilpres 2019, Jokowi memilih pasangan baru, yakni KH Ma’ruf Amin.

Presiden Jokowi bersama Wapres Ma’ruf Amin, dilantik tanggal 20 Oktober 2019. Hari ini, 20 Oktober 2020, persis satu tahun masabakti Jokowi-Ma’ruf Amin. Sekaligus, adalah tahun ke enam masabakti kepresidenan Jokowi.
Kalau di atas kita bicara tentang tanggal 20 Oktober adalah “hari keramat” bagi para presiden setelah Pilpres langsung tahun 1999, kecuali Megawati. Namun, sebelumnya setiap tanggal 20 Oktober adalah “hari keramat dan bersejarah” bagi Golkar (Golongan Karya) yang sekarang menjadi Partai Golkar.


Sejarahnya, begini. Pada awal era Orde Baru (Orba) muncullah Golkar.  Golkar ini sendiri awalnya berdiri  sebagai Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar). Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964. Kelahiran Sekber Golkar, karena waktu adanya rongrongan dari PKI (Partai Komunis Indonesia) beserta ormasnya, yang dinilai menyimpang dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Situasi politik saat itu terasa memanas.


Melihat kenyataan ini lahirlah Sekber Golkar yang merupakan wadah dari golongan fungsional bersama golongan karya murni. Sekber Golkar tidak berada di bawah pengaruh politik tertentu. Berbagai organisasi massa berhimpin menjadi anggota Sekber Golkar. Jumlahnya bertambah terus dengan pesat, karena golongan fungsional lain juga ikut menjadi anggota Sekber Golkar. Perjuangan dari organisasi fungsional Sekber Golkar, adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945. Semula anggotanya berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang hingga mencapai 291 organisasi.
 Dengan adanya pengakuan tentang kehadiran dan legalitas golongan fungsional di MPRS (Majelis Permusayawaratan Rakyat Sementara) dan Front Nasional, maka atas dorongan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dibentuklah Sekretariat Bersama Golongan Karya, disingkat Sekber Golkar, pada tanggal 20 Oktober 1964 itu. Terpilih sebagai Ketua  untuk pertama, Brigadir Jenderal (Brigjen) Djuhartono.


Berikutnya diselenggarakan Mukernas (Musyawarah Kerja Nasional) I, bulan Desember 1965.  Dalam Mukernas I ini, terpilih Mayor Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati. Pada awal pertumbuhannya, sebanyak 291 organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber Golkar ini, dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu: 


1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO).2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI).3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR).4. Organisasi Profesi. 5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM). 6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI). 7. Gerakan Pembangunan.


Ke tujuh kelompok Induk Organisasi (KINO) inilah yang merupakan awal cikal bakal adanya Sekber Golkar. Dalam perkembangan selanjutnya, tinggal tiga  KINO yang bertahan, yakni: Kosgoro, Soksi dan MKGR. Ke tiga organisasi ini, disebut Trikarya yang menjadi “tulang punggung” yang selalu bersama Sekber Golkar.


 Sekber Golkar berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu (Pemilihan Umum).
Pada Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, tahun 1971, salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan tampil sebagai pemenang. Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kejadian ini dapat dimungkinkan, karena pemerintahan Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung kemenangan Golkar, seperti peraturan monoloyalitas PNS dan sebagainya.


Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi bergulir, Golkar berubah wujud menjadi Partai Golkar. Pada Pemilu 1999 Partai Golkar, tanpa ada bantuan kebijakan-kebijakan yang berarti seperti sebelumnya pada masa pemerintahan Soeharto. Pemilu 1999 yang diselenggarakan Pemerintahan Presiden Habibie, diikuti oleh 48 Partai Politik. Perolehan suara Partai Golkar turun menjadi peringkat kedua setelah PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan).


Keberadaan Partai Golkar yang bertahan hingga sekarang, dalam dunia politik Internasional, dianggap sebagai hal yang unik, bahkan “ajaib”. Betapa tidak, suatu rezim yang berkuasa 32 tahun, kemudian pemimpinnya tumbang, tetapi “partainya” masih tetap bertahan. Itulah Golkar yang menjelma menjadi Partai Golkar. (**)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait