GOWA. Pilihan hidup jadi seorang tenaga bidan adalah memenuhi panggilan hati nurani yang dalam, untuk membantu dan menolong sesama dalam proses persalinan.
Impian menjadi seorang tenaga bidan itu terinspirasi dari tante yang telah menjalani dan menekuni berprofesi seorang bidan.
Demikian ditegaskan Bidan Sukarela Desa Panciro Kecamatan Bajeng Gowa, Ika Novianti Dewi, Amd. Keb, kepada media Ahad (20/9/2020).
Dijelaskan, pada saat tante yang bidan itu, menjalani tugas profesi membantu dan menyelamatkan ibu dan bayinya dalam proses persalinan, dalam hati kecil mengatakan betapa mulia perjuangan seorang bidan membantu proses persalinan.
Disaat-saat tante berhasil membantu persalinan dan mendengar tangisan pertama bayi membuat hati bahagia dan senang dan mulai saat itu terpatri dalam hati bercita-cita suatu saat akan jadi seorang bidan mengikuti jejak tante itu.
Jalan Impian
Jalan menggapai impian jadi seorang bidan mulai terbuka luas saat tamat SMAN 7 Makassar 2007, langsung memilih lanjut kuliah pada perguruan tinggi bidang kesehatan yakni, D3 Kebidanan Stikes Nani Hasanuddin dan berhasil menyelesaikan studi ahli madya kebidanan 2010.
Cita-cita masa kecil jadi bidan akhirnya mulai menemukan titik terang, walau pun masih berstatus bidan sukarela, dan profesi tenaga bidan sukarela di Puskesmas Bajeng Gowa dijalani mulai November 2010 sampai Juni 2014.
Pada awal tahun 2015, pindah lokasi kerja di Pustu Panciro Gowa dengan status tetap Bidan Sukarela Desa Panciro. Di desa ini semakin dia temukan harapan dan impian masa kecil membantu persalinan.
Semenjak mulai bertugas jadi bidan sukarela di Desa Panciro, sudah tidak bisa dihitung jumlah ibu hamil yang dibantu persalinan dalam menyelamatkan anak dan ibu, kata Bidan Novi panggilan akrabnya.
Perjalanan waktu tidak terasa lima tahun, interaksi dengan masyarakat Desa Panciro dijalinn sangat baik.
Warga merespon dan menerima dengan senang hati kehadiran bidan desa sukarela di tengah warga desa yang terdiri dari empat dusun, kata perempuan kelahiran Ujung pandang, 11 November 1989.
Tangis Bayi
Disinilah sukanya ketika berhasil menyelamatkan ibu dan anak dalam proses persalinan, mendengarkan tangisan pertama sang bayi yang baru lahir sangat menyenangkan hati dan disitulah kebahagian tugas seorang bidan, tegasnya.
Sukanya yang lain, anak bayi yang lahir dalam tradisi masyarakat Desa Panciro, dilakukan prosesi aqikah, selamatan mengundang keluarga, handai tolan dan tetangga serta relasi dan tentu saja bidan yang membantu melahirkan turut diundang pada acara aqikah itu.
Sebaliknya dukanya adalah terkadang tidak mengenal jam kerja dan harus siap siaga 24 jam. Biasa tiba-tiba pada tengah malam ada ibu hamil yang hendak melahirkan dan sudah brojol duluan di rumah, maka harus mengunjungi rumah pasien itu di tengah malam. Membantu persalinan status brojol sepanjang tahun 2020 sudah dua kali dilakukan satu kali di Dusun Bonto Ramba.
Menghadapi kondisi brojol, maka langkah pertolongan pertama diberikan adalah melihat kondisi bayi, jika kondisi bayi baik, membantu ibu mengeluarkan plasenta. Setelah itu mengecek, apakah ada robekan atau tidak pada jalan lahir dan dipantau lagi dua jam setelah partus.
Jalan hidup mengabdi selaku tenaga bidan akan ditekuni buat selamanya, telah enjoy menjalaninya ditambah lagi penerimaan masyarakat yang sangat berempati dan luar biasa sambutannya.
Warga masyarakat Desa Panciro sangat baik-baik dan sudah nyaman, apalagi Kepala Desa Panciro serta para aparat Desa Panciro memberi bantuan alat-alat medis di Pustu dan Posyandu yang senantiasa digunakan guna memperlancar kerja tenaga bidan dalam melayani kesehatan warga Desa Panciro. (ulla/yahya).