JAKARTA, beritalima.com – Terkait hoaks telah dicoblosnya surat suara Pilpres 2019, pengamat politik dan media dari Komunikonten (Institut Media Sosial dan Diplomasi), Hariqo Wibawa Satria menyampaikan beberapa hal:
PERTAMA, sumber utama hoaks ini adalah sebuah rekaman suara, di dalamnya seorang pria mengatakan ada satu kontainer surat suara yang telah dicoblos di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Siapa pria itu?, dari kelompok capres mana?, apa target dan tujuannya? dan berbagai misteri lainnya akan terungkap jika pria itu ditangkap. Karena itu, sambil menunggu hasil penyelidikan aparat, marilah kita menunda atau menyimpan kesimpulan, tidak menuduh pihak manapun. Situasi saling curiga merugikan keluarga besar bangsa Indonesia.
KEDUA, waspadalah terhadap adu domba antar pendukung capres, antaragama, antarsuku, dll. Sebaiknya jangan langsung percaya terhadap isi sebuah screenshot status medsos, percakapan whatsapp, dll. Cek ke medsosnya langsung, apakah nama dan status itu benar-benar ada atau hanya editan.
Jika asli, laporkan ke aparat dan jangan melakukan generalisasi seakan satu mewakili semua. Bisa saja seseorang membuat akun medsos dengan nama yang identik dengan identitas agama tertentu kemudian menyerang agama lain. Para penghasut dan pengadu domba bisa menyamar menjadi Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghuchu, Yahudi, Sunni, Syiah, Wahabi, dan lain-lain.
Para pengadu domba juga bisa menyamar menjadi pendukung Jokowi maupun Prabowo. Tidak semua orang punya kemampuan dan waktu untuk mengecek kebenaran sebuah konten. Contoh, seorang perawat mampu, namun kadang mereka tak punya waktu karena sibuk merawat banyak pasien.
Di 2019 akan banyak konten-konten tak bertuan yang menghasut dengan melempar isu sensitif. Sebaiknya tim media kedua capres sering-sering berkoordinasi agar tidak menjadi korban adu domba. Kalau perlu buat grup whatsapp bersama.
KETIGA, Situasi pilpres yang tegang sangat berbahaya, ketegangan membuat orang, sebuah kelompok tidak maksimal berpikir, kurang santai dan tergesa-gesa. Orang yang sedang tegang biasanya langsung menyebar konten yang dianggap merugikan lawan politik, tanpa mengecek kebenaran konten tersebut.
Situasi tegang menjelang Pilpres 2019 harus dikendorkan dengan membuat banyak humor, mendisain konten medsos yang lebih fun, lomba standup comedy, lomba nyanyi, makan kerupuk, panjat pinang antar pendukung capres, melakukan berbagai pertemuan darat antar tim sukses, jika perlu moderator debat capres dipilih yang humoris.
Demikian sementara yang bisa kami sampaikan, Depok 3 Januari 2019. Hariqo Wibawa Satria, M.HI (Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi)