BANYUWANGI,Beritalima.com – Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, kini terus berkembang menjadi desa yang mandiri dan sejahtera.
Di bawah kepemimpinan Kepala Desa ,Drs.Sulaiman, Tapanrejo tidak hanya mengandalkan potensi pertanian, tetapi juga mengembangkan UMKM, pelestarian budaya, hingga membangun infrastruktur yang berpihak pada masyarakat.
“Fokus kami adalah menjadikan Tapanrejo sebagai desa yang kuat secara ekonomi, berdaya saing, dan tetap menjaga nilai budaya,” ujar Sulaiman
Desa Tapanrejo memiliki kekuatan besar di sektor pertanian. Komoditas seperti padi, cabai, ketela, hingga kacang tanah menjadi sumber penghidupan utama warga. Tidak hanya itu, desa ini juga memiliki pengrajin wayang kulit, omprok gandrung, dan anyaman topi yang menjadi ciri khas seni tradisional setempat.
Kehidupan masyarakatnya yang masih menjunjung tinggi gotong royong membuat potensi desa semakin kuat.
“Selain bertani, warga kami banyak yang mengembangkan kerajinan dan bekerja di sektor industri. Semangat kebersamaan inilah yang menjadi modal sosial Tapanrejo,” kata Sulaiman.
Sejumlah program unggulan juga dijalankan. Salah satunya adalah pembukaan Pasar UMKM di Lapangan Senopati Dusun Krajan, yang menjadi pusat pemasaran produk lokal. Program ini terbukti meningkatkan roda perekonomian warga sekaligus memperluas pasar pelaku usaha kecil.
Selain itu, pemuda desa diberdayakan melalui pelatihan kewirausahaan agar memiliki jiwa bisnis dan inovasi. Di sektor infrastruktur, pemerintah desa membangun ruang terbuka hijau (RTH) sebagai sarana rekreasi serta jalan plengsengan sepanjang 500 meter untuk mendukung aktivitas pertanian.
Tapanrejo juga menjadi salah satu desa penerima program sinergi antar BUMN melalui MAKMUR. Program ini berfokus pada pertanian padi dengan dukungan akses permodalan dan asuransi pertanian, sehingga petani lebih terlindungi dan sejahtera.
Tidak berhenti di situ, desa ini juga membentuk Koperasi Desa Merah Putih sebagai pilar ekonomi baru. Koperasi tersebut diharapkan mampu memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis kebersamaan.
Di bidang budaya, Desa Tapanrejo rutin menggelar pawai budaya dan karnaval yang menonjolkan kesenian lokal. Kegiatan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan sekaligus memperkuat identitas budaya desa.
“Pembangunan desa bukan hanya soal fisik, tapi juga menjaga warisan leluhur. Budaya lokal harus terus hidup berdampingan dengan modernisasi,” tegas Sulaiman.
Melalui sinergi antara pembangunan fisik, pemberdayaan ekonomi, dan pelestarian budaya, Desa Tapanrejo kini tumbuh sebagai desa inklusif dan berkelanjutan. Semua program dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tanpa meninggalkan akar budaya yang sudah diwariskan.(Rony//B5)






