JAYAPURA – Yayasan Noken Papua (Yakenpa) berkerjasam dengan UNICEF menggelar pelatihan Pembuatan Kloset bagi Sanitarian Puskesmas di Provinsi Papua.
Kegiatan yang digelar di Kantor Diklat Sosial Kamkey Abepura ini, diselenggarakan selama dua hari, 3-4 November 2022.
Selaku pemateri WASH Officer UNICEF Papua-Papua Barat, Reza Hendrawan kepada media ini mengaku jika pelatihan pembuatan Kloset bagi Sanitaria yang merupakan petigas Puskesmas, penting dilakukan untuk lebih pada efisiensi dan tujuan program yakni untuk stop Buang Air Besar (BAB) sembarangan. Karena berdasarkan data ternyata masyarakat masih banyak yang melakukan BAB, utamanya diwilayah pelosok.
“Jadi kendala masyarakat adalah karena
terbatasnya akses pada sarana sanitasi seperti misalnya kloset. Karena bahan-bahan mahal, sehingga harga kloset juga dikampung lebih mahal, sehingga dengan pelatihan ini, sanitarian yang ikut pelatihan bisa memberikan pelatihan lanjutan kepada masyarakat cara membuat kloset sendiri, dengan bahannya semen, dan pasir dengan menggunakan cetakan fiber,”ungkap Reza.
Dikatakan, yang pada intinya, tentu kloset buatan sendiri akan lebih murah, dan bisa semua masyarakat membuatnya.
“Harapannya itu, jadi program ini untuk mendukung upaya pemerintah Provinsi Papua untuk mewujudkan Tanah Papua ini stop BAB sembarangan,”jelasnya.
Dikatakannya, untuk jumlah peserta yang hadir sekitar 25 orang, dari beberapaa Kota dan Kabupaten di Papua, seperti Kota dan Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mamberamo Tengah, dan Kabupaten Nabire.
“Ini merupakan lokasi-lokasi dampingan dan lokasi-lokasi dukungan dari UNICEF dengan Pemerintah Provinsi Papua, di sini juga kita berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua dan Politeknik
Kesehatan Papua, yang memiliki kemampuan teknis. Mereka yang akan memberikan keterampilan kepada para senitarian ini untuk membuat kloset itu,”ucapnya.
Sementara, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Papua, Ferry D. Maitindom menyambut baik pelatihan yang diberikan.
“Ini merefresh lagi materi yang pernah didapat para sanitarian ini. Ya dulu hanya didapat saat dimeja studi, kini akan dimanfaatkan nyata. Kami sangat mengapresiasi ini, karena memang masih ada diwilayah yang masyarakatnya minim punya jamban,”katanya
Dirinya berharap, nantinya para peserta bisa mengimplementasikan apa yang telah diperoleh dalam pelatihan.
“Kembali ke wilayah tugas mereka masing-masing untuk bisa memberdayakan masyarakat karena golnya itu ada di masyarakat perubahan perilakunya ada di masyarakat. Jadi dari hasil mereka terlatih ini kan harapan kami adalah masyarakat biasanya mereka kesulitan di penyediaan bahan untuk membangun sarana, yang belum memiliki jamban bisa memilikinya dan masyarakat bisa tidak BAB lagi sembarangan,”jelasnya.
Sementara Sri Mulyoto Wadir II Poltekes Jayapura mengaku jika selain kloset, yang bisa dilakukan adalah soal septic tank, dengan kriteria dan sesuai ketentuan. Diakui, masih banyak pembuatan septic tank yang tidak sesuai standar.
“Teknis pembuatan septiktank belum memenuhi standar karena satu ruang, biasanya septiktank mempunyai dua compartemen, ruang satu bisa di buang ke real kotak, sudah memenuhi syarat, sebelum dibuang harus ada parameter, harus memenuhi syarat COD, BOD, amonia, phospat,”katanya.
Sementara, untuk septic tank wilayah pesisir pantai, bisa dilakukan dengan membuat septic tank menggunakan paralon.
“Teknisnya di pantai atau danau, kaya tangki dari paralon, jadi bisa naik turun fesesnya,”katanya.
Sementara untuk kota besar, septic tank bisa dilakukan mode komunal atau bersama-sama. Jadi satu septic tank digunakan untuk sekitar 20 orang.
“Jadi pasa prinsipnya, kami dari Politeknik Jayapura siap membantu dengan sumbangsih yang kami punya. Tentu tujuannya sama, agar masyarakat Papua ini tidak lagi BAB sembarangan,”pungkasnya.