LUMAJANG,beritalima.com- Disayangkan, yang seharusnya hal ini tidak harus terjadi dalam pelayanan masyarakat, ini malah terjadi di puskesmas kecamatan Kunir pasien menghembuskan nafas terakhir akibat egonya pelaku pelayanan. Kurang maksimalnya penanganan dalam melayani pasien, bocah 10 tahun harus meregang nyawa.
Hal tersebut terjadi hari kemarin, (07/04/2020) yang akhirnya terungkap setelah pihak keluarga korban buka mulut. Dalam hal ini keluarga korban menceritakan kepada awak media, bahwa salah satu keluarga pasien yang dirawat di Puskesmas Kunir mengeluh atas pelayanan yang diberikan Puskesmas Kunir, penanganan terhadap pasien dinilai kurang maksimal yang membuat keluaga kehilangan anak yang masih berusia 10 tahun.
Adinda Intan Nuraini (10th) putri dari Sarep, warga dusun Sukorame, RT 34 RW 08, desa Jatigono, kecamatan Kunir, menjadi korban pelayanan yang kurang maksimal dari pelaku pelayanan di puskesmas Kunir. Hal itu disampaikan oleh keluarga korban kepada awak media. Disampaikan bahwa dalam penanganan anaknya dinilai kurang maksimal sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia di Puskesmas tersebut.
Menurut istri Sarep yang selaku ibu korban, kepada awak media saat ditemui dirumahnya dalam suana masih berduka menyampaikan, “Pada hari Senin (06/04/2020) saat anak sakit di UGD/IGD Puskesmas Kunir tidak segera ada penanganan terkesan di biarkan dan diremehkan. Ketika itu anak saya sakit perut lalu saya bawa ke dokter, katanya gejala lambung tapi kok minum obatnya muntah terus karena saya takut anak saya ke habisan cairan akhirnya anak saya tak bawa ke UGD puskesmas kunir”. Ungkap ibu korban.
“Terus masuk UGD pagi hari senin(06/04/2020), hari selasanya (07/04) di leb panasnya 38 menurut perawat gejala tipes, habis itu di UGD satu hari kok perutnya kembung, dan dari siang itu infus anak saya tidak begitu jalan, terus saya laporkan ke perawatnya kerena ada darahnya terus mau di suntik tapi anak saya takut suntik, perawatnya bicara dengan kasar ‘diammo nduk saya gk akan nyuntik kamu’, perasaan saya kok kasar banget”, Terang Ibu korban.
“Habis itu karena ada kamar kosong saya minta di pindah ke kamar tersebut yang isinya satu orang satu kamar tapi tetap bicaranya itu arogan sekali malah bilang pintunya sudah di buka akhirnya anak saya saya pindah sendiri padahal itu kan tugas perawat pak”, imbuhnya.
Masih menurut keluarga korban pihaknya berkali-kali melaporkan kepada perawat yang bertugas tentang infus yang tidak jalan tetapi hanya di biarkan tidak di tangani hingga beberapa jam lamanya sampai ajal menjemput anak tersebut dan saat pihak korban minta di rujuk ke RS, perawat masih nunggu dokternya.
“Saya sempat berkali kali melaporkan tentang infus anak saya yang tidak jalan tapi tidak di lihat sama sekali hanya bilang ‘ya bu sebentar’, masak mulai jam 3 sore sampai habis isyak saya berkali kali lapor, dan saya minta rujukan ke RS masih di suruh nunggu dokternya besok katanya sampai sampai pada waktu itu anak saya, saya gendong ke perawatnya saya perlihat keaadan anak saya dan di situ anak saya muntah muntah hingga keluar dari hidungnya dan di situ juga pihak perawat mencopot infusnya anak saya sudah tidak bernyawa”. Ungkapnya dengan wajah penuh duka dan amarah.
Sementra itu kepala Puskesmas Kunir drg. Nuraini terkesan menghindar dari wartawan, ketika di hubungi lewat seluler yang bersangkutan bersedia untuk menemui untuk klarifikasi perihal tersebut, tetapi ketika team dari beberapa media sudah ada di puskesmas drg. Nuraini ternyata tidak mau menemui dengan alasan mau menemui Kepala Dinas Kesehatan Lumajang.
“Ma’af pak ini saya mau berangkat, apa ditemui staf saya saja ya, ini saya sudah ditunggu dari tadi, saya lupa pak, ma’af ya pak saya sudah di ingatkan dan ditelp sama dokter Bayu, ngapunten”. Ujar Nuraini sembari menutup telpnya. (Jwo)