Telusuri Jejak Negaranya, Wali Kota Risma Terima Kunjungan Dubes Armenia dan Rusia

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com – Dalam sehari, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima kunjungan dua duta besar (dubes) sekaligus, yaitu Duta Besar Republik Armenia untuk Indonesia Dziunik Aghajanian dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva. Dua dubes yang sama-sama perempuan ini ditemui di ruang kerja Wali Kota Surabaya, Kamis (7/2/2019).

Awalnya, Duta Besar Republik Armenia untuk Indonesia Dziunik Aghajanian yang mengunjungi Wali Kota Risma. Dalam pertemuan itu, Dziunik menyampaikan keinginannya untuk mencari jejak-jejak orang Armenia atau pun bangunan-bangunan yang berkaitan dengan orang Armenia yang berada di Kota Surabaya.

Ia mengawali pembicaraannya dengan penjelasan bahwa sekitar 300 tahun lalu pernah ada komunitas Armenia yang tinggal di Surabaya dan kebanyakan berdagang atau bisnisman. Bahkan, ia juga mendengar informasi dari para sejarawan di Armenia bahwa ada sebuah gereja peninggalan orang Armenia di Kota Surabaya. Namun, lokasi detailnya tidak ada yang tahu. “Makanya kami ingin mencarinya, apakah gereja itu sudah dirobohkan atau sudah berubah fungsinya. Kami ingin tahu dan melihatnya,” kata Dziunik saat bertemu dengan Wali Kota Risma.

Selain itu, Dziunik juga menjelaskan bahwa Hotel Majapahit itu yang membangunan adalah Sarkies bersaudara yang berasal dari Armenia. Hotel bersejarah yang sudah berkali-kali berubah namanya itu dibangun pada tahun 1910. Ia mengaku, apabila semua jejak-jejak bangsa Armenia ditemukan di Surabaya, dia berencana mengajak turis-turis Armenia untuk berkunjung ke Surabaya melihat beberapa peninggalan bangsa Armenia yang ada di Surabaya. “Turis-turis itu nanti akan saya ajak ke tempat-tempat yang ada kaitanya dengan bangsa Armenia,” ujarnya.

Menanggapi sejarah itu, Wali Kota Risma pun menuturkan sejarah lengkap tentang jejak Sarkies bersaudara yang ada di Surabaya. Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu menjelaskan bahwa Sarkies bersaudara ini mempunyai rumah di Surabaya yang saat ini jadi Tunjungan Plaza 5 (TP 5). Selain itu, Toko NAM juga miliknya si Sarkies bersaudara dulu pada masanya. Bahkan, Sarkies bersaudara ini juga membangun sebuah hotel seberang jalan yang kini bernama Hotel Majapahit. “Pintu masuk toko NAM itu masih ada sampai sekarang dan dijadikan bangunan cagar budaya,” kata Wali Kota Risma sambil menggambar posisi rumah Sarkies bersaudara dan Hotel Majapahit.

Selain mendiskusikan jejak-jejak bangsa Armenia di Surabaya, Dubes Republik Armenia untuk Indonesia juga menawarkan sister city dengan salah satu kota di Armenia. Bahkan, ia siap menfasilitasi untuk kerjasama sister city itu. Wali Kota Risma pun menanggapi positif tawaran sister itu selama masih ada manfaatnya buat pembangunan Kota Surabaya. Kedua perempuan hebat ini pun berpisah dan Dubes Armenia pun beranjak pulang untuk melanjutkan peninjauan beberapa jejak bangsa Armenia di Kota Pahlawan.

Beberapa jam kemudian, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva tiba di Balai Kota Surabaya dan langsung dipersilahkan untuk masuk ke ruang kerja Wali Kota Surabaya. Tak jauh beda dengan Dubes Armenia. Dubes Rusia sebenarnya juga ingin menelusuri jejak-jejak orang Rusia di Kota Surabaya.

Awalnya, Dubes Rusia mengaku ingin melihat langsung Monumen Kapal Selam yang merupakan buatan Uni Soviet atau kini Rusia. Ia mengaku penasaran apakah di kapal itu masih ada tulisan-tulisan tentang Rusia. Jika memasuki sudut-sudut ruangan kapal, memang di dalamnya masih menggunakan huruf-huruf cirri khas Rusia. “Makanya kami ingin melihat langsung ke sana,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa berdasarkan informasi, dulunya di Surabaya ada gedung konsulat jenderal Rusia yang berada di Jalan Sumatera, Surabaya. Namun, gedung itu sudah ditutup sejak tahun 1990 dan kabarnya hingga saat ini gedung itu masih ada. “Saya juga ingin mengecek ke sana apakah masih ada gedung itu,” kata dia.

Pada kesempatan itu, ia juga sempat mendapatkan informasi bahwa ada tentara Rusia yang gugur di medan perang saat masa penjajahan Indonesia. Namun, Lyudmila mengaku tidak tahu dimakamkan dimana di Surabaya, sehingga dia ingin meminta bantuan Pemerintah Kota Surabaya untuk mengecek data-data makam di Surabaya barangkali ada nama warga Rusia yang dimakamkan. “Kalau memang ada, kami ingin berkunjung ke makam itu dan barangkali kami bisa membantu merawatnya. Kami juga ingin catatkan di sejarah kami bahwa dulunya ada tentara Rusia yang gugur di Surabaya,” imbuh Lyudmila.

Sementara itu, Wali Kota Risma pun bergerak cepat untuk membantu Dubes Rusia ini. Bahkan, ia langsung meminta Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Hijau (DKRTH) untuk mengecek data-data makam di Surabaya, terutama di makam peneleh dan Kembang Kuning karena kalau orang luar biasanya dikuburkan di makam itu. “Nanti kami bantu untuk mencarikan data-datanya. Kalau memang ketemu datanya biar nanti dikirimkan kepada Anda,” tegas Wali Kota Risma.

Pada kesempatan itu, Dubes Rusia juga menawarkan kerjasama sister city antara Surabaya dengan Sankt-Peterburg. Sebab, kota tersebut merupakan kota terbesar kedua seperti Surabaya dan merupakan kota pelabuhan. Bahkan, Sankt-Peterburg sudah tertarik untuk bekerjasama dengan Surabaya. Lagi-lagi, Wali Kota Risma menanggapi positif tawaran kerjasama itu selama dapat membawa manfaat bagi Kota Surabaya.

Terlepas dari itu, Dubes Rusia juga menyampaikan undangan dari Sankt-Peterburg untuk Wali Kota Risma. Wali kota dua periode ini diundang untuk menghadiri salah satu forum besar yang akan digelar pada akhir Maret 2019 mendatang. (rr)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *