Teman Yang Tak Pernah Lelah

  • Whatsapp

( In Memoriam Sahabatku Susono)

Saat membuka file-file piagamku terasa ada yang aneh. Salah satu piagam itu tidak lazim untuk seorang mahasiswa. Penghargaan itu bukan tentang kemenangan lomba debat atau atau prestasi akademik lainnya. Piagam dari Dekan Fakultas Syariah IAIN sunan Kalijaga–sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam ternama–itu tidak lain adalah piagam penghargaan di bidang dangdut.
Lomba yang digelar oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada pada dekade tahun 80-an itu telah menobatkan FAS Group menjadi “runner up” pada festival tersebut setelah menyisihkan puluhan group lainnya. Group musik yang dibentuk secara “dadakan” itu terdiri dari 7 orang, yaitu Sosono (melodi), Waljon Siahaan (Keyboard), M.Hasbi (Bas), Abu Haris M (gendang), Asmu’i (seruling), As’ad (drum), Majidudin (perkusi), dan Imam Syafi’i ( vokalis).

Di balik kesuseksesan itu, selain dedikasi para anggota, terdapat dua nama yang menurutku patut dikenang, salah satu darinya adalah Susono. Teman yang satu inilah yang menjadi satu motor pembangkit teman-teman anggota, selain Mas Syamsul Hadi yang bekerja di balik layar. Perannya sebagai pemegang lead gitar sangat sentral. Kepiawaian dan dedikasinya setiap latihan nyaris tak satu pun meragukannya. Tidak hanya itu, melodi-melodi aransemen baku lagu wajib dan lagu pilihan yang dibebankan panitia, diubahnya sehingga terdengar ‘nyleneh’. Tetapi justru hal itu menjadi nilai jual yang menarik tidak hanya oleh penonton tetapi juga berhasil merebut hati para dewan juri, termasuk waktu itu konon ada ‘Kiai Mbeling’ Emha Ainun Najib. Bakat di bidang musik teman kelahiran Bondowoso ini memang sudah saya kenal sejak sama-sama duduk di SLTA (PGAN Situbondo).

Meskipun demikian, teman yang mantan Ketua OSIS itu tidak hanya piawai di bidang musik melainkan nyaris di setiap kegiatan apapun, baik sejak menjadi siswa maupun mahasiswa. Di SLTA selain berorganaisasi di sekolah juga mengajak saya memasuki organisasi luar sekolah. Dialah yang mengenalkan saya IPNU/IPPNU. Dia pula yang secara tidak langsung mengajakku aktif di PMII. Untuk organisasi terakhir ini dia berhasil menduduki kedudukan prestis, sebagai Ketua PMII Cabang Yogyakarta. Sebagai mantan aktivis dan diikuti kiprahnya, setelah tamat kuliah, di NU membuat jaringan pergaulannya, tidak hanya regional melainkan berlevel nasional. Dan, puncaknya ialah ketika teman, yang kalau belajar saat nenjelang ujian, ini menjadi anggota DPR-RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa pada awal-awal reformasi.

Hidup di Ibu kota tampaknya, membuatnya ingin mengeksplorasi semua potensi lamanya. Jiwa seninya membuatnya harus berakrab ria dengan sejumlah penyanyi kondang dari Pulau garam, seperti Yus Yunus, dan Jhoni Iskandar. Dengan memakai nama artis “Sony Berra”, sejumlah lagu pun sempat ia orbitkan antara lain Burung Api, Percayalah, Sisa Air Mata dan sejumlah lagu syahdu lainnya. Telalu asyik di bidang musik, tamapaknya membuat karirnya di bidang politik suram. Pada periode-periode berikutnya, namanya tidak pernah lagi tercatat sebagai anggota DPR.
Namun dasar teman-teman yang satu ini tidak pernah mau diam, kegagalannya menjadi DPR tidak membuatnya patah semangat. Di tempat tinggalnya (Jakarta) selama ini, dia masih menjadi salah satu penguurus Wilayah NU. Bidang yang ditekuninya pun bidang yang sangat penting yaitu pengelolaan wakaf. Wakaf menjadi hal penting karena sejatinya wakaf merupakan potensi ekonomi umat Islam yang sangat besar. Dan, selama ini tampaknya belum tergarap secara serius. Untuk bidang yang satu ini, dia pun sering harus terjun ke berbagai tempat untuk melakukan sosialisasi. Berbagai obsesi melalui lembaga ini tentu sudah dia rencanakan dan pastinya belum semua tercapai.

Tetapi sayang, fisiknya terlalu lemah dibandingkan obsesi dan kreativitasnya. Aktivitas yang di berbagai bidang sepanjang hayat selama ini, membuat saya harus mengatakan “Kamu memang seorang aktivis yang tak pernah kenal lelah.” Kepergianmu untuk selamanya menghadap-Nya pada hari mulia (Jumat), semoga menjadi pertanda kemulianmu di hadapan Allah SWT. Pada akhirnya ia pun harus menyepakati kalimat-kalimat yang sering dia ucapkan saat menjadi ketua OSIS “Al Insanu bit tafkir, wallahu bit Taqdir” (manusia cuma kuasa berencana, Allahlah yang kuasa menentukan). Selamat jalan sahabatku. Semoga tercatat sebagai orang yang khusnul khatimah.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait