GRESIK, Beritalima.com| Seperti diketahui, proyek Bendung Gerak Sembayat (BGS) di Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur telah selesai Februari 2016 lalu. Bendungan yang mampu menampung air hingga 15 juta meter kubik untuk memenuhi kebutuhan irigasi dan air baku PDAM tersebut, dianggap sebagai upaya menghindari banjir akibat luapan Kali Bengawan Solo. Keberadaan BGS pun dianggap salah satu destinasi wisata lokal yang cukup menarik.
Namun siapa sangka, BGS menyimpan beberapa cerita yang tidak banyak diekspose media. Salah satunya adalah cerita keluh kesah warga Desa Konang, Glagah, Lamongan.
Dijelaskan oleh Kepala Desa Konang, Moh. Yunus, bahwa terdapat permasalahan dalam pengaturan pembukaan pintu air utama BGS.
“Operasional pintu air BGS tidak dibuka total sejak beberapa bulan lalu. Kadang kalau curah hujan dihulu masih tinggi, masih dibuka 2 atau 3 pintu. Infonya, tidak semua dibuka. Jadi otomatis, dengan ditutupnya pintu BGS, maka air tawar akan berkurang dan air asin atau air laut masuk sampai dibawah pintu BGS sehingga seluruh petani yang berada di sekitar BGS, khususnya Desa Konang, tidak bisa menggarap tambak maupun sawahnya.”
Dalam penggarapan sawah, air yang terbukti mendukung produktivitas pertanian adalah air tawar. Sedangkan air asin cenderung berpotensi menyebabkan gagal panen.
Yunus juga menambahkan, bahwa selain Konang, desa di Lamongan yang terdampak tidak terbuka totalnya pintu BGS, adalah desa Wonorejo, Mluwur, Jatirejo, dan Karangturi.
Dengan begitu, Yunus berharap operasional pintu air BGS lebih intensif agar lebih efektif menekan banjir dan mengantisipasi gagal panen bagi petani sekitarnya. Meskipun, Yunus menyampaikan aspirasi pada Dinas PU Sumber Daya Kabupaten Lamongan yang telah merespon keluhan petani dengan memasang Diesel Pompa yang saat ini masih dalam tahap pekerjaan.
Yunus sendiri, sebelumnya menyampaikan aspirasi kepada Ketua Pertani HKTI Jatim Ning Lia Istifhama, yang Desember lalu menghadiri penguatan UMKM di balai desa Konang bersama Ketua UMKM Nusantara Reni Setiawati. Saat itu, ning Lia mendengar seksama aspirasi warga dan menyampaikan harapannya.
“Wajar jika kita semua mendengar masukan warga, karena mereka yang lebih mengetahui kondisi di lapangan. Dan tentu kita berharap ini menjadi masukan penting bagi semua pihak untuk menjadi pengembangan strategi menuju perbaikan bersama. Strategi tersebut diharapkan sangat efektif untuk mengantisipasi banjir dan mendukung produktivitas pertanian setempat,” pungkasnya. (RED)