TULUNGAGUNG, beritalima.com- Berawal dari permintaan tanda tangan untuk memenuhi persyaratan pengajuan hibah pengadaan kendaraan roda tiga untuk mengangkut peralatan kematian, seorang ketua RW mendapat perkataan yang tidak enak dan menyakitkan dari Lurahnya sendiri.
Perkataan tidak enak dilontarkan oleh lurah kepada salah satu ketua RW inisial WW, warga Kelurahan Kutoanyar, Kecamatan/Kabupaten Tulungagung, disaat mengajukan proposal dan masih ada yang kurang dan harus dilengkapi.
Menurut WW, perkataan Lurah Kutoanyar itu tidak pantas diucapkan oleh seorang pemimpin yang memiliki jabatan terhormat.
WW mengatakan, ingin bicara tidak diberi kesempatan dan Lurah terus ngomong dengan nada tinggi tidak ada jeda seolah terus menyalahkannya. Bahkan, dia dibentak-bentak dan ngomongnya sangat kasar.
“Awal mula Lurah Kutoanyar marah, saat saya mengajukan proposal ini dan menurutnya salah, namun kenapa saya tidak diberi kesempatan dan terus dibantah, hingga akhirnya saya menanyakan terkait pembangunan gapuro,” kata WW. Kamis, (16/11/2023).
Lanjut WW, dulu disaat dia jadi saksi untuk Anggaran Dana Kelurahan (ADK) Kelurahan Kutoanyar, tidak ada musyawarah membuat anggaran untuk tulisan gapura, padahal gapura Kutoanyar sudah ada.
“Sebenarnya, di musyawarahkan terlebih dahulu dan disepakati dengan warga untuk membahas anggaran ADK Kelurahan, namun selama ini tidak ada musyawarah dan rapat, tiba-tiba sudah jadi dan hanya memberi tau menghabiskan anggaran sekian juta,” lanjut WW.
“Seharusnya yang diutamakan untuk Kelurahan Kutoanyar itu dibangun apa saja, ada fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat atau tidak, gapuro itu kan sudah ada,” tambahnya.
“Tahu-tahu lampu di gapuro sudah jadi dan melihatkan bukti anggaran yang digunakan sebesar 25 juta. Bagi kami anggaran itu terlalu besar, karena gapura sudah ada, sedikit perbaikan dan juga ngecet. Hanya membeli lampu saja dan tidak dibangun gapuro baru,” ungkapnya dengan nada kesal.
Diterangkannya, dia mengajukan surat keterangan hanya mengetahui saja tidak ditandatangani, padahal kekurangan berkas bisa dilampirkan sembari jalan.
Sangat disayangkan, sebagai Kepala Kelurahan yang menjadi panutan dan contoh bagi warga, harus berkata kasar dan jorok.
Untuk mengalihkan perhatian, paparnya, dia sempat menceritakan masalah orang lain, tetapi tetap dengan bahasa sangat kasar dan jorok, namun tidak di dengar oleh WW karena itu bukan urusannya.
“Jadi pemimpin itu harus yang sopan, melayani dengan bagus, jika tidak benar diarahkan bagaimana baiknya, tidak langsung bicara arogan. Banyak juga warga yang komplain terkait perilaku dan bahasa yang disampaikan Lurah,” paparnya.
“Semua ketua RT dan RW tidak menyukai perilaku yang dilakukan oleh Lurah Kutoanyar, diberi kritik dan saran tidak pernah didengar,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu warga Kutoanyar berinisial YT mengungkapkan, dirinya bersama ketua RT dan RW di Kelurahan Kutoanyar, mengancam tidak akan hadir jika diundang untuk rapat di Kelurahan.
“Jika masih seperti itu, kami bersama ketua RT dan RW sepakat tidak hadir ke Kelurahan jika diundang rapat atau yang lainnya, percuma kritik dan saran kami tidak pernah didengar, seolah dia yang paling benar dan pintar,” pungkasnya. (Dst).