Terkesan Lamban Tangani Perundungan Fisik, Orang Tua Korban Kecewa

  • Whatsapp

TULUNGAGUNG, beritalima.com- Terkesan lamban dan tidak serius dalam menangani sebuah permasalahan siswa, membuat semakin geram LA orang tua korban.

Pasalnya, permasalahan perundungan fisik yang terjadi pada hari Jum’at, 1/12/2023, baru sekarang pihak sekolahan memberikan surat resmi kepada orang tua korban untuk datang ke sekolahan guna dilakukan mediasi dengan keluarga terduga pelaku.

Perundungan fisik di lingkungan sekolah SMPN 3 Kedungwaru, Jawa Timur, harus menjadi perhatian khusus agar hal serupa tidak terjadi di sekolah lainnya.

Pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya memberikan sosialisasi terhadap bahaya Perundungan, baik itu Perundungan verbal maupun Perundungan fisik.

Perlindungan yang maksimal untuk siswa/wi belajar diharapkan mampu membuat nyaman dan merasa aman. Bahkan, tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk melakukan sosialisasi.

Program-program penanganan perundungan yang dicanangkan oleh pemerintah seperti penyuluhan, pembinaan, dan sanksi bagi pelaku perundungan. Meskipun demikian, masih terdapat kelemahan dalam penerapan program tersebut.

Hari ini, usai menerima surat undangan, LA orang tua korban mengatakan, kenapa pihak sekolah terkesan lamban dan menutupi apa yang sudah terjadi.

“Seharusnya, setelah kejadian tersebut pihak sekolah langsung mengambil langkah bijak memanggil kedua belah pihak untuk dilakukan mediasi, bukan baru sekarang memberi surat, bahkan saya sudah 2 kali datang ke sekolah,” ucapnya. Rabu, (6/12/2023).

Lanjutnya, kenapa hal seperti ini terjadi, seolah-olah sekolahan menyepelekan masalah yang melanda anak saya.

“Tidak adanya koordinasi yang tepat dan jelas, sudah 5 hari dari kejadian kemarin, baru sekarang saya dikasih surat pemanggilan untuk mediasi. Sejak pertama datang hari Sabtu kemarin untuk mengetahui masalah yang sebenarnya, sudah banyak kejanggalan dan ada yang ditutupi,” kesal LA.

Dijelaskan, ia sangat menyayangkan sekali lambannya penanganan masalah yang terjadi pada anaknya karena menyangkut psikis dan yang paling ditakutkan adanya trauma dikemudian hari.

“Jika memang besok tidak ada kepastian dan keputusan yang tepat, saya akan menempuh jalur lebih lanjut dan mengadukan kepada pihak terkait, mencari keadilan untuk anak saya,” pungkasnya. (Dst).

beritalima.com

Pos terkait