PAMEKASAN, Beritalima.com| Ratusan Nelayan Pantura dilarang melakukan pencarian ikan. Imbas eksplorasi migas di wilayah perairan utara, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur.
Akibatnya kurang lebih dari 300 nelayan rugi besar, dampak penghadangan kapal patroli milik perusahaan migas.
“Pemerintah kabupaten Pamekasan harus bertanggung jawab. Selama tiga hari ini kami kehilangan mata pencaharian kami,” kata seorang nelayan, Muniri, kepada Media, Senin (2/9).
Perlu diketahui, adapun wilayah perairan yang terkena dampak survei potensi migas ini mencakup Desa Tamberu Agung, Desa Batubintang, dan Desa Blaban di Kecamatan Batumarmar, serta Desa Sotabar, Desa Lesong Daja, dan Desa Kapong di Kecamatan Pasean.
Dikatakan oleh Muniri pelarangan itu sejak 31 Agustus 2024. Dan sebelum sosialisasi terkait rencana survei potensi migas antara Pemkab Pamekasan dan para nelayan, telah disepakati akan ada ganti rugi dan pemberian kompensasi.
Namun, belum ada kesepakatan mengenai besaran ganti rugi dan kompensasi yang akan diterima oleh para nelayan.
“Jujur kami kebingungan. Kalau sampai 1 bulan kami tidak bekerja lalu apa tindakan perusahaan dan pemerintah. Berapa banyak kerugian yang harus kami tanggung,”tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pamekasan, Abdul Fata, saat dikonfirmasi melalui telepon seluler, menjelaskan bahwa saat ini sedang berlangsung proses pengambilan rumpon dan alat tangkap milik nelayan.
Karena itu, pihaknya belum mengetahui besaran kompensasi yang akan diberikan oleh perusahaan kepada nelayan.
“Para nelayan harus bersabar sampai proses pengambilan alat tangkap selesai. Setelah itu, ganti rugi dan kompensasi akan diberikan,” tukas Abdul Fata
Terpisah saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp HM Rudiyanto PT Oil Erlindo Contraction ,menyatakan bahwa akan dilakukan persiapan bulan ini.”Ya sudah persiapan bulan ini,”Tukasnya. Selasa(03/09).(AN/GIZZO)
