SURABAYA, beritalima.com | Dengan memanfaatkan waktu luang bekerja dirumah saat wabah pandemi Covid-19, Ketua Nahdlatul Ulama Kota Surabaya, Dr KH Ahmad Muhibbin Zuhri, MAg bersama Dr Winarto Eka Wahyudi terus berkarya dengan menulis buku terbaru dengan judul “Jejak Peradaban Islam Nusantara”. Buku tersebut diharapkan bisa menginspirasi pengembangan dakwah Islam di Indonesia dengan cara-cara Islam Nusantara.
” Buku jejak peradaban Islam Nusantara ini kita bahas dengan prespektif dan sudut pandang keterkaitannya dengan kolonialisme di Indonesia apakah itu bentuk resistensi atau adaptasi,” ujar Dr KH Ahmad Muhibbin Zuhri, MAg, saat membedah buku karyanya “Jejak Peradaban Islam Nusantara”, di kantor NU Surabaya, Jalan Bubutan Surabaya, Sabtu (14/11/2020).
Dalam kesempatan Bedah buku “Jejak Peradaban Islam Nusantara” yang juga menghadirkan narasumber, Dr Winarto Eka Wahyudi dan Prof Dr KH Imam Ghozali Said serta diikuti oleh 31 Majelis Wakil Cabang NU Kota Surabaya tersebut, Muhibbin mengatakan bahwa buku itu juga memberikan gambaran sebuah konstruksi Islam Nusantara.
Ia menjelaskan bahwa Islam Nusantara sebuah bentuk yang kita kenal sampai dengan sekarang adalah betul-betul hasil dialektika kesejarahan masa lalu dimana Indonesia pernah mengalami kolonialisasi, dari negara Portugis, Belanda dan Jepang, disana ada yang khas dari produk-produk pemikiran maupun satu kebiasaan atau tradisi yang itu merupakan wujud resistensi atau adaptasi dari kolonialisme.
” Misalnya bagaiamana melahirkan gerakan kebudayaan diantaranya adalah mengidentifikasikan diri berlawanan dengn simbol-simbol kolonial, seperti fatwa tentang keharaman memakai topi dan dasi, sepatu fantofel dan jas, yang merupakan identitas dari orang belanda saat itu, resolusi jihad dan fatwa jihad saat itu merupakan bagian bisa diangkat menjdi contoh fenomena keras juga terhadap kolonialisme, “tegasnya.
Menurutnya, buku tersebut juga melengkapi buku tentang Islam Nusantara yang sebelumnya telah terbit. ” Sebelumnya kita baca karya Zainul Hilal Al Basawi tentang Islam Nusantara, pendekatanya adalah mengumpulkan karya-karya intelektual dari Ulama Nusantara, juga tentang jaringan Islam Nusantara karya Prof Azumardi Azra, “ujarnya.
Ia juga mengharapkan yang lainnya juga terus berkarya dengan menerbitkan seri buku tentang Islam Nusantara untuk melanjutkan buku tersebut. ” Buku ini masih bisa dikembangkan, masih banyak ruang yang kosong, misalnya bagaimana cara pandang Islam Nusantara pada masalah-masalah yang berkaitan dengan eksistensi negara dan bangsa,”harapnya.(*)