SURABAYA, beritalima.com | The Power of Millennial Kartini Gold Ink Comes from East Java, jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia versi ‘mbah Google’ adalah Kekuatan Tinta Emas Kartini Milenial Berasal dari Jawa Timur. Namun saya lebih mengartikannya Kekuatan Tinta Emas Kartini Milenial yang Terbit dari Jawa Timur, boleh kan?
Siapa yang tidak mengenal nama Raden Ayu Kartini, putri bangsawan dari Desa Mayong, Jepara, Jawa Tengah yang terkenal sebagai pelopor emansipasi wanita pribumi-nusantara? Beliau lahir pada tanggal 21 April 1879, anak biologis pasangan suami-istri RM Adipati Ario Sosroningrat dengan MA Ngasirah.
Begitu fenomenalnya ketokohan Raden Ayu Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita pribumi, hingga Sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Bapak Ir. Soekarno pada tahun 1964 memberikan gelar Pahlawan Nasional Kepada RA Kartini, yang setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.
Perjuangan RA Kartini untuk melawan penindasan, dan ketidak adilan terhadap kaum perempuan pribumi dilakukan bukan dengan mengangkat senjata di medan perang, perjuangan Kartini dengan kekuatan tinta emas ( Kartini’s struggle with the power of gold ink ).
Surat-surat RA Kartini yang dikirimkan kepada teman-temannya di manca negara, terutama di daratan Eropa, berhasil menggugah dan mendukung pergerakan kaum wanita untuk terbebas dari penindasan dan ketidak adilan, sebagaimana cuplikan surat kartini berikut ini ;
“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”. Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901.
“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang setengah Eropa atau orang Jawa yang kebarat-baratan”.
Petikan surat RA Kartini di atas merupakan dua diantara ratusan bahkan ribuan guratan tinta emas RA Kartini yang masih tersimpan dalam sejarah perjuangan emansipasi wanita pribumi ditengah penjajahan Belanda, dan budaya lokal yang menindas kaum wanita saat itu.
Perjuangan Kartini begitu panjang, tak dibatasi oleh jarak dan waktu. Sampai hari ini, perjuangan Kartini tetap bergelora dalam darah yang terus bergerak mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kita telah merdeka 76 tahun silam, kini memasuki Era Milenial. Telah banyak Kaum perempuan di Jawa Timur yang telah mewujudkan perjuangan dan cita-cita Kartini.
Setidaknya tiga Kartini Milenial yang terbit dari Jawa Timur, telah sukses dan wujudkan perjuangan sang pelopor emansipasi wanita RA KARTINI.
Masih ingat dengan Presiden wanita kali pertama Indonesia, Ibu Megawati? Beliau kebetulan putri Presiden Ir. Soekarno, berhasil menduduki puncak karir politik sebagai Presiden Republik Indonesia ke-5, periode 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004.
Wanita ke-2 lain yang berasal dari Jawa Timur, dan berhasil meneruskan cita-cita RA Kartini dalam menghapus diskriminasi perempuan atas pendidikan dan berbagai jenis profesi adalah Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si. pernah menjabat Mentri Sosial ke-27, kini beliau sebagai Gubernur Provinsi Jawa Timur, sejak Februari 2019 ).
Wanita penerus perjuangan dan cita-cita RA Kartini ke-3 yang terbit dari Jawa Timur adalah Dr. (H.C) Ir. Tri Rismaharini, M.T. Wanita Kelahiran Kediri, 20 November 1961 sukses sebagai Menteri Sosial, di Kabinet Indonesia Maju, pimpinan Bapak H. Ir. Joko Widodo (Presiden Sipil pertama yang dipilih langsung oleh rakyat Indonesia ). Dalam sejarah Walikota Surabaya, Bu Risma begitu sapaan akrab beliau tercatat wanita kali pertama yang sukses memimpin kota pahlawan , sebutan lain kota Surabaya.
Satu lagi aktivis perempuan, penerus, dan pewaris nilai-nilai perjuangan RA Kartini adalah Dr. Istifhama, MEI, dan penulis menyebutnya dengan Kartini Milenial yang terbit dari Jawa Timur, dan sukses menduduki Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur, Pembantu Ketua III di STAI Taruna Surabaya, Ketua Perempuan Tani ( HKTI ) Jawa Timur Jatim, penerima penghargaan dari Kepala Dinas DP3AK Provinsi Jatim Dr Andriyanto SH MKes., dan penyandang gelar Putri Literasi (Tokoh Millenial Literasi Jawa Timur ) tahun 2021.
Dibalik prestasi-prestasi tersebut diatas, Ning Lia, sapaan akrab Satu Kartini Milenial yang terbit dari Jawa Timur ini dapat ditelusuri dari jejak digitalnya yang secara konsisten memperjuangkan masalah perempuan, pendidikan, dan kemaslahatan sosial dan agama. Salah satu Kekuatan Tinta Emas ( the power of gold ink) sempat saya baca dalam salah satu media online terkemuka yang membahas pembelajaran tatap muka di sekolah “Kita yang sekarang dewasa, adalah produk sekolah tatap muka. Jadi, hak yang sama seharusnya dimiliki anak-anak kita,” tegas Dr. Lia Istifhama, MEI, (Liputan6.com,17-05-2021).
Di media on line yang lainnya dapat ditemukan pernyataan yang sangat berkarakter dalam mendukung kemajuan anak-anak bangsa Indonesia:
“Dengan peringatan Hari Anak Nasional, maka kita para kaum orang tua mendapatkan self reminder untuk memberi kepedulian pada kelangsungan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Tatkala anak-anak tumbuh secara baik, maka kelak menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik pula. Merekalah yang menjadi pondasi terwujudnya Indonesia sebagai negara maju di masa mendatang.” kata Ning Lia, ( 23-07-2021, Beritalima.com). Pernyataan ini setidaknya menggambarkan responsibilitas, dan kepekaan sosial tersendiri dari apa yang disebut dengan Kekuatan Tinta Emas Kartini Milenial yang terbit dari Jawa Timur, yaitu sosok Ning Lia.(red)