JAYAPURA – Udara pagi di Bandara Sentani, Sabtu (11/10/2025), terasa bergetar oleh semangat persaudaraan. Di tengah dentuman tifa dan gemulai tari-tarian adat Papua, Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa (HL), menapakkan kaki di Tanah Cenderawasih. Dengan senyum sumringah, ia menerima pengalungan topi adat Papua, sebuah tanda penghormatan tertinggi bagi tamu kehormatan yang datang membawa pesan persaudaraan abadi dari seberang laut, dari Maluku untuk Papua.
Gubernur tiba dengan penerbangan Garuda Indonesia GA 546, didampingi Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Samuel Huwae, serta Kepala Dinas Pendidikan Maluku Lotje Singerin. Di Ruang VIP Bandara Sentani, penyambutan hangat telah menanti dari Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP), Nerlince Wamuar, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua, Christian Sohilait (yang juga diketahui sebagai Ketua IKEMAL di Papua), serta para sesepuh dan tokoh masyarakat Maluku yang sejak pagi menanti dengan antusias.
Usai ramah tamah singkat, Gubernur dan rombongan beranjak menuju Tugu MacArthur di Puncak Ifar, Sentani, sebuah situs bersejarah yang menjadi saksi bisu pendaratan pasukan Sekutu pada masa Perang Dunia II. Dari puncak ini, panorama Danau Sentani terhampar luas, memantulkan langit biru dan gunung-gunung megah, membius mata sang Gubernur.
Gubernur Hendrik tampak terpukau oleh perpaduan antara keindahan alam dan kekayaan sejarah di tempat itu. “Selain punya nilai historis, tugu ini juga simbol perjuangan dan bisa jadi wisata edukatif. Di dalam museumnya ada foto-foto perjalanan Jenderal MacArthur saat menguasai Jayapura. Ini pengetahuan penting bagi generasi muda,” ujar Gubernur Hendrik dengan nada kagum, menekankan pentingnya situs tersebut sebagai sarana edukasi.
Namun, inti dari kunjungan kali ini adalah tujuan utama: menghadiri perayaan HUT ke-20 Ikatan Keluarga Maluku (IKEMAL) di Tanah Papua. Momentum besar yang mengusung semangat “Baku Gandeng, Baku Sayang” ini akan mempertemukan kembali ribuan warga Maluku di perantauan.
Acara puncak peringatan dua dekade IKEMAL Papua dijadwalkan digelar di Sasana Krida, kompleks perkantoran Pemerintah Daerah Papua, pada Sabtu sore. Dalam agenda itu, Gubernur Hendrik dijadwalkan memberikan sambutan kunci dan berdialog langsung dengan warga Maluku, termasuk para sesepuh asal Nusalaut, Ambalau, dan Lease yang telah lama menetap dan berkontribusi di Tanah Papua.
“Beta datang bukan cuma untuk seremonial, tapi untuk baku dapa, baku peluk dengan basudara. Maluku dan Papua ini saudara tua, kita punya sejarah, perjuangan, dan masa depan yang sama. Jadi, semangat persaudaraan ini harus terus dijaga,” ungkap Gubernur dengan penuh haru, menegaskan kembali ikatan kultural dan sejarah yang mendalam.
Kunjungan dua hari ini menjadi momen bersejarah, bukan sekadar kunjungan kerja biasa, melainkan sebuah penegasan ikatan emosional antara dua wilayah timur Indonesia yang selama ini dikenal dengan semangat solidaritas, gotong royong, dan persaudaraan sejati. Dari Jayapura hingga Ambon, pesan Gubernur Hendrik Lewerissa menggema kuat: “Di mana pun orang Maluku berada, tetap baku gandeng untuk Maluku yang maju dan sejahtera.”

