Oleh: Wibisono
Gempuran Israel ke Jalur Gaza Palestina semakin membabi buta, di tengah rencana pemerintahan PM Benjamin Netanyahu melancarkan invasi darat skala penuh ke wilayah itu untuk memberangus kelompok Hamas.
Meski Israel belum blak-blakan mengumumkan invasi daratnya ke Gaza, namun sejumlah pengamat perang menilai agresi militer negara Zionis itu sudah berjalan sejak Tel Aviv meningkatkan gempurannya ke wilayah Palestina yang dikuasai Hamas tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak gencatan senjata dan siap bertempur dalam waktu lama demi mewujudkan sumpahnya menumpas kelompok Hamas. Namun, pakar menilai Israel tak punya rencana pasti mencapai tujuan itu.
Pemandangan horor yang terus menggentayangi Jalur Gaza usai perang pecah pada 7 Oktober lalu memang sekilas menunjukkan tekad Israel untuk menumpas habis Hamas.
Tak peduli tekanan para kepala negara dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Netanyahu menolak seruan gencatan senjata.
Amerika Serikat pun yang selama ini menyerukan pentingnya Hak asasi manusia (HAM) demi kemanusiaan tidak adalagi untuk Palestina.
Sudah tidak adakah HAM disana?
Masyarakat kedua negara pun, menurut survey, semakin menurun dalam mendukung solusi dua negara ini. Solusi ini hanya bisa tercapai jika ada negarawan di Palestina dan Israel yang berani merintis solusi politik yang berisiko ini, serta dukungan internasional untuk mendukung perdamaian Palestina.
Tanpa adanya solusi politik, akibatnya hanya akan adu jotos yang tidak ada habisnya, konflik kekerasan dan korban hanya akan berjatuhan bahkan hingga 100 tahun ke depan.
Saat ini, sudah lebih dari 8.000 jiwa di Palestina tewas akibat serangan balasan Israel ke Gaza. Banyak anak-anak dan perempuan menjadi korban dari perang ini.
Semoga ada mukjizat dari Tuhan penderitaan rakyat Palestina berakhir dan kemerdekaan untuk Palestina.
Penulis: Pengamat militer