JAKARTA, beritalima.com – Munculnya tiga poros kekuatan pada pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 merupakan refleksi dari sisa pertarungan pada pemilihan presiden terdahulu. Tiga poros itu menjadikan Pilkada DKI Jakarta sebagai batu uji sekaligus persiapan ke Pemilihan Presiden 2019.
Pada hari terakhir pendaftaran pasangan calon pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017-2022, Jumat (23/9) malam, ada dua pasang bakal calon mendaftar ke KPU DKI Jakarta. Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengusung putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, yakni Agus Harimurti Yudhoyono, yang menggandeng Sylviana Murni.
Pencalonan ini membuat Agus mundur dari TNI dan Sylviana mundur dari pegawai negeri sipil di Pemprov DKI Jakarta.
Sementara itu, Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusung pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Sebelumnya, Rabu lalu, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI-P, Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura mendaftarkan diri.
Munculnya tiga pasang bakal calon di Pilkada DKI ini tidak lepas dari keberadaan tiga tokoh politik Indonesia saat ini. Mereka adalah Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputi, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menggunakan hak prerogatif sebagai Ketua Umum PDI-P untuk memilih pasangan Ahok-Djarot dan mengantar pasangan itu mendaftar ke KPU DKI Jakarta. Presiden ke-6 RI Yudhoyono memimpin rapat partai koalisinya dan melepas pasangan Agus-Silviana mendaftar ke KPU DKI. Sementara Prabowo berperan aktif dalam mengegolkan pasangan Anies-Sandiaga.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsuddin Haris di Jakarta menuturkan, ”turun gunungnya” Megawati, Yudhoyono, dan Prabowo merupakan sisa-sisa persaingan dari Pilpres 2004, 2009, dan 2014. Pada Pilpres 2004, Yudhoyono berkompetisi dengan Megawati. Pada 2009 Yudhoyono kembali berhadapan dengan Megawati yang menggandeng Prabowo. Sementara pada Pilpres 2014, Presiden Joko Widodo yang diusung Megawati berhadapan dengan Prabowo.
Menurut Haris, kini tiga poros itu masing-masing berusaha mendapat insentif dari Pilkada DKI untuk menghadapi Pilpres 2019. Pasalnya, DKI Jakarta merupakan daerah yang strategis, baik dari sisi daya tarik media massa maupun sumber kekuatan ekonomi.
Deklarasi damai
Gun Gun Heryanto, pengajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, melihat kompetisi di Pilkada DKI Jakarta merupakan pertarungan dari kekuatan politik yang sudah punya perencanaan strategis hingga Pilpres 2019.
Kompetisi di Pilkada DKI Jakarta, kata Gun Gun, berpotensi berlangsung ketat dan berlangsung dalam dua putaran. Pasalnya, untuk menang dalam Pilkada DKI, harus mendapat suara 50 persen + 1 dari suara sah.
Peneliti senior PARA Syndicate, Jusuf Suroso, mengingatkan, perhelatan Pilkada DKI Jakarta bukan hanya soal menang dan kalah, melainkan juga momentum membangun demokrasi.
Terkait hal itu, Ketua KPU Juri Ardiantoro mengingatkan semua pihak harus mampu menjaga suasana kondusif Pilkada DKI Jakarta. Apalagi, DKI Jakarta merupakan barometer Indonesia. ”Nanti ada deklarasi damai dan pakta integritas yang harus ditandatangani para calon untuk menjaga perdamaian dan kelancaran pilkada,” katanya.
Pertimbangan
Ketua Umum PPP M Romahurmuziy mengatakan, partainya bersama Partai Demokrat, PKB, dan PAN mengusung Agus-Sylviana karena pasangan itu prospektif dan fresh.
”Mereka juga ideal, kombinasi (Agus) seorang militer yang adalah lulusan terbaik di angkatannya dan dipadu (Sylviana) birokrat yang berpengalaman,” katanya.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menambahkan, Agus dan Sylviana akan mengusung slogan ”Jakarta untuk Rakyat”.
Prabowo menyatakan, Gerindra dan PKS memutuskan mengusung Anies-Sandiaga karena mereka diyakini mampu membawa DKI ke arah yang lebih baik adil dan sejahtera.
Presiden PKS Sohibul Iman mengatakan, ada tiga hal utama yang menjadi pedoman pemilihan calon, yaitu integritas, kapabilitas, dan konstituen yang dimiliki para calon.
Pilkada serentak 2017 akan berlangsung di 101 daerah. Dari data KPU hingga pukul 22.45, tercatat ada 181 pasang bakal calon yang mendaftar mengikuti kontestasi di 70 daerah. Data ini belum final karena pendaftaran hari terakhir pada Jumat akan berlangsung hingga pukul 24.00. (GAL/REK/MKN/SAN/ C11/C05/IRE/ONG)/Harian KOMPAS