SURABAYA, Beritalima.com|
Dua tim dari Universitas Airlangga sabet tiga silver, satu bronze dan best paper dalam ajang National Essay Competition 2023. Kegiatan itu terselenggara oleh Lembaga Setara Prisma Nusantara dan Institut Pertanian STIPER (INSTIPER) Yogyakarta pada Jumat-Minggu (19–20/8/2023).
Tim pertama ialah Andini Carolina Ariani (Teknologi hasil perikanan 2022), Putri Salma Nabila (Akuakultur 2021), Lalu Aldy Kurnia Aji (Akuakultur 2019), Lalu tim kedua yakni Farrel Bhanu Mahardhika (Akuakultur 2022), dan Aufar Mahran Alleani (Teknik Elektro 2021) serta Andini Carolina Ariani yang melibatkan diri dalam dua tim sekaligus. Tim Unair berhasil menggeser 50 universitas dan 100 finalis dari seluruh total penyisihan sekitar 853 peserta dari seluruh penjuru indonesia.
Nabila menjelaskan lomba ini bertajuk Optimalisasi Ide, Inovasi, dan Kreativitas Generasi Muda Menuju Indonesia Emas yang menawarkan delapan sub-bidang. Yakni, kesehatan, sosial & ekonomi, pangan, pendidikan, pariwisata & budaya, lingkungan, pertanian, dan teknologi. Dalam hal ini, tim Unair menggarap empat bidang unggulan dan keempatnya meraih medali.
Tim pertama menggarap tiga bidang yakni bidang kesehatan (silver dan best paper), pendidikan (medali bronze), pangan (medali silver). Sementara, tim kedua menggarap bidang pertanian hingga berhasil mendulang medali silver.
“Kami mengirimkan empat judul, awalnya tidak menyangka jika semua essay yang kami submit lolos ke final,’’ ucap Nabila.
Sebagai salah satu sub-bidang yang pihaknya soroti yakni bidang pangan. Pihaknya mengangkat modernisasi alat untuk pengasapan ikan. Hal itu dilatarbelakangi lantaran sistem tradisional dinilai kurang efektif sehingga pihaknya menciptakan alat pengasapan ikan berbasis Artificial Intelligence (AI).
“Alat yang kami buat tertutup tanpa menghilangkan kualitas, jadi sistemnya tetap menggunakan metode arang. Untuk mengurangi tingkat kadar air, di dalam alatnya terdapat AI. Jadi ketika suhu dan tekanan kadar air terukur maka otomatis di waktu tertentu alatnya mati, sehingga melalui alat ini bisa empat kali lebih efektif dari pengasapan tradisional,’’ paparnya.
“Pada bidang pertanian, kami juga membuat prototype untuk memperjelas gambaran terkait gagasan yang kami buat,” imbuh Nabila, seperti yang diberitakan di website FPK.
Berkaitan dengan prosesnya, bukan tanpa hambatan. Pasalnya saat pengerjaan, timnya juga memiliki tanggung jawab pada organisasi, magang dan projek lainnya. Namun, pelan-pelan semua bisa teratasi. Ia berhasil melewati berbagai persyaratan pra-acara, mulai dari poster, video hingga ppt.
Selain persiapan, tim sempat merasa pening di saat proses perlombaan berlangsung. Sebab, dalam hal teknis, jadwal presentasi bertabrakan dari satu subtema ke sub tema lain.
“Belum lagi, ada salah satu teman kami yang tiba-tiba sakit ketika presentasi,” katanya.
Meski demikian, tim Unair mengaku cukup bangga atas hal suka maupun duka yang terlewati selama perlombaan. Baginya, itu dapat menjadi suatu cerita dan membuatnya semakin termotivasi untuk mengikuti berbagai perlombaan selanjutnya. (Yul)